KOMPAS.com - Pakar menyebutkan bahwa cinta yang kita rasakan tidak hanya memberikan kebahagiaan emosinal, tetapi bisa memengaruhi kesehatan fisik kita seperti jantung.
Dr. Sandeep Jauhar, seorang ahli jantung, dalam bukunya, "Heart: A History" mengatakan bahwa perasaan cinta yang Anda miliki berkontribusi sebagai garda depan dalam menjaga kesehatan jantung Anda.
Baca terus artikel ini untuk mengatahui hubungan antara jatuh cinta dan kesehatan jantung.
Baca juga: Awas! Terlalu Cinta Bisa Jadi Gangguan Mental, Kenali Gejalanya
Mengutip Today, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Sexual Medicine mengungkapkan bahwa ketika kita jatuh cinta, berbagai area otak bekerja bersama-sama untuk melepaskan bahan kimia, seperti dopamin dan adrenalin.
Pada tahap awal jatuh cinta, saat nafsu dan ketertarikan mencuat, adrenalin dan norepinefrin meningkatkan detak jantung.
Itu menyebabkan jantung berdebar lebih cepat saat memikirkan pasangan atau berada di dekatnya. Sementara itu, dopamin memicu perasaan euforia.
Baca juga: Bukan Tak Cinta, 5 Hal Ini Bisa Membuat Anda Bosan dengan Pasangan
Di kemudian hari, ketika euforia memudar dan berubah menjadi ikatan cinta yang lebih dalam, endorfin serta hormon vasopresin dan oksitosin menciptakan suasana hati yang tenang dan aman secara keseluruhan, menurut peneliti dari Loyola University Health System.
Tingginya kadar oksitosin dikaitkan dengan tekanan darah yang lebih rendah dan detak jantung yang lebih stabil.
Bahkan, pasangan yang sangat dekat bisa memiliki denyut jantung yang selaras, dan tindakan sederhana seperti berpegangan tangan bisa membantu menyelaraskan pernapasan kita dan meredakan ketidaknyamanan pada kondisi fisik mereka.
Baca juga: Bukan Sekadar Emosi, Begini 2 Efek Cinta pada Kesehatan
Dikutip dari CNN, kehangatan cinta meningkatkan sistem saraf parasimpatis kita, membantu kita rileks. Itu mengurangi stres, depresi, dan kecemasan.
Saat rileks, Jauhar mengatakan, pembuluh darah cenderung melebar dan tensi turun.
Sebuah penelitian terhadap 60 pasangan menemukan bahwa tekanan darah mereka lebih rendah saat mereka berinteraksi sosial dengan pasangan mereka dibandingkan saat mereka sendirian atau berinteraksi dengan orang lain.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pria dan wanita yang menikah memiliki risiko lebih kecil terkena masalah jantung atau kardiovaskular dibandingkan dengan pria dan wanita yang lajang.
Baca juga: Cinta Mama, Terobosan Minyak Balur Anak dari Bahan-bahan Alami Pilihan
Temuan ini berasal dari analisis terhadap lebih dari 280.000 pasangan suami-istri yang menjadi bagian dari National Longitudinal Mortality Study.
Hubungan cinta pasangan suami juga dapat berdampak pada jantung dengan mendorong perilaku sehat yang mengurangi risiko penyakit jantung.
Misalnya, Anda mungkin lebih cenderung mendengarkan pasangan ketika mereka meminta Anda untuk minum obat atau berkonsultasi dengan dokter, atau mungkin Anda lebih termotivasi untuk berolahraga, atau bahkan berhenti merokok.
Di sisi lain, Jauhar mengatakan bahwa pasangan yang memiliki hubungan buruk berdampak negatif bagi kesehatan jantung.
Baca juga: Riset Buktikan Jatuh Cinta Bikin Orang Bodoh
Hubungan pernikahan yang tidak bahagia dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dengan meningkatkan tekanan darah dan detak jantung.
Selain itu, kesedihan yang mendalam setelah kehilangan orang yang dicintai dapat memperburuk kesehatan jantung secara nyata.
Orang yang tiba-tiba kehilangan pasangan memiliki risiko 41 persen lebih tinggi terkena fibrilasi atrium, sejenis detak jantung tidak teratur yang dapat menyebabkan stroke atau gagal jantung, demikian temuan peneliti Denmark.
Baca juga: Mengapa Ada Orang yang Jatuh Cinta sampai Terobsesi dengan Orang Lain?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.