KOMPAS.com - Beberapa orangtua mungkin menganggap anak stunting atau gagal tumbuh sebagai faktor keturunan atau genetik.
Hal ini lantas membuat orangtua cenderung tidak mencari tahu penyebab si kecil tampak lebih pendek dari usianya atau mengalami kondisi yang dinamakan stunting.
Padahal, deteksi dini stunting dapat dilakukan sejak anak lahir yaitu dengan mengamati pertambahan berat badan serta tinggi si kecil.
Baca juga: Cegah Generasi Stunting dengan Cukup Asupan Protein Hewani
Menurut ahli nutrisi dan penyakit metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Cut Nurul Hafifah, Sp. A (K), stunting diawali dengan pertumbuhan berat badan anak yang tidak adekuat atau tidak memenuhi syarat.
Nurul menjelaskan, anak dikatakan gagal tumbuh apabila penambahan berat badannya berada di bawah persentil lima pada grafik pertumbuhan anak.
Sebagai contoh, pada usia 0-3 bulan, anak seharusnya mengalami pertambahan berat badan sebesar 25-30 gram sehari atau 750-900 gram per bulan.
Kemudian, pada anak umur 4-6 bulan, penambahan berat badan seharusnya sekitar 20 gram sehari atau 600 gram per bulan.
Seanjutnya, pada usia 6-9 bulan, penambahan berat badan si kecil adalah 15 gram sehari atau 450 gram per bulan.
"Kalau mau lihat di buku KMS, jangan semata-mata anak saya ada di garis hijau. Coba lihat juga trennya," ujar dr. Cut Nurul Hafifah, dilansir dari ANTARA.
"Misalnya, dia awalnya di titik -1 dan dia selalu di -1 terus, artinya dia tumbuh sesuai moda awal. Tapi kalau dari nol lalu geser ke minus satu, kita mesti bertanya-tanya walaupun sebenarnya masih normal," imbuh Nurul.
Setelah memantau pertumbuhan berat dan tinggi badan, orangtua dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak, ahli gizi, atau tenaga kesehatan lainnya jika si kenaikannya tidak sesuai.
Baca juga: Stunting Bukan Hanya karena Kurang Gizi
Nurul menyatakan, untuk mencegah stunting, anak-anak harus mendapatkan asupan gizi yang cukup dan seimbang, terutama pada 1000 hari (3 tahun) pertama kehidupan.
Seribu hari pertama kehidupan dimulai dari saat pembuahan di dalam rahim ibu sampai anak berusia 2 tahun.
Pada periode inilah organ-organ vital, yaitu otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan, kaki, mulai bertumbuh dan terus berkembang.
Asupan gizi seimbang untuk anak-anak yaitu mencakup makronutrien seperti karbohidrat, lemak, protein, di samping tetap membiasakan konsumsi buah dan sayur.
Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.