Menjauh dari pemicu amarah bisa menjadi cara terbaik untuk mengendalikan kemarahan.
Saat berada di dalam dialog dengan tensi tinggi, cobalah untuk mengatur napas dan menenangkan diri. Usahakan untuk menjelaskan bahwa Anda butuh waktu sejenak untuk tenang dan tidak bermaksud melarikan diri dari masalah.
Kemudian, jika kondisi rumah atau anak-anak membuat Anda lelah dan kesal, Anda bisa meluangkan waktu untuk diri sendiri, contohnya pergi ke kedai kopi atau restoran favorit.
Jika Anda memiliki sahabat atau saudara dekat yang bisa dipercaya dan dapat menenangkan perasaan, cobalah untuk curhat.
Anda mungkin akan merasa lebih tenang setelah menceritakan masalah atau penyebab kemarahan. Orang terdekat mungkin juga bisa memberi ide atau solusi untuk masalah Anda.
Kemarahan dapat membuat seseorang berperilaku agresif yang merusak hubungan antar individu dan menyakiti diri sendiri.
Untuk itu, kita perlu mengelola kemarahan, yaitu dengan mengetahui pemicu amarah hingga curhat.
Baca juga: Kenapa Marah Bisa Meningkatkan Tekanan Darah?
Seseorang yang tidak dapat mengelola kemarahan dan memiliki masalah akibat perilaku agresifnya, perlu berkonsultasi dengan tenaga medis profesional, seperti psikolog dan psikiater.
Pasalnya, beberapa masalah kesehatan mental dapat dikaitkan dengan kemampuan diri dalam mengelola kemarahan. Misalnya, PTSD atau gangguan stres pascatrauma yang bisa memicu ledakan emosi atau gangguan depresi yang membuat seseorang mudah marah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.