Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Cara Mengelola Kemarahan agar Terhindar dari Perilaku Kasar

Kompas.com - 21/02/2023, 16:30 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Kemarahan yang tidak terkendali seringkali dapat mengarah pada perilaku agresif. Karena itu, kita perlu mengelola kemarahan.

Dengan mengelola kemarahan kita dapat menghindari sikap buruk, seperti mengucapkan kalimat kasar kepada rekan kerja atau suami, membentak anak, hingga melakukan kekerasan fisik.

Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Kemarahan Tidak Dikelola dengan Baik?

Simak penjelasan berikut untuk mengetahui macam-macam cara mengelola kemarahan.

5 Cara mengelola kemarahan

Ada beberapa alasan yang mendasari kemarahan kita, seperti rasa takut berlebihan, panik, stres, keuangan, gangguan mood, masalah dengan sesama, hingga ketidakseimbangan hormon.

Dilansir dari Verywell Mind pada Selasa (21/2/2023), kemarahan tersebut dapat dikelola dengan intervensi perilaku kognitif yang melibatkan cara berpikir dan berperilaku.

Berikut 5 cara untuk mengelola kemarahan yang perlu Anda ketahui:

  • Ketahui pemicu amarah

Jika Anda merupakan orang yang mudah kehilangan kesabaran, perhatikan hal-hal yang bisa memicu kemarahan, seperti antrean panjang, kepadatan lalu lintas, atau rasa lelah berlebihan.

Meski kita tidak boleh menyalahkan keadaan, orang, atau benda atas ketidakmampuan menahan diri agar tetap tenang, memahami hal-hal yang dapat memicu kemarahan adalah tindakan penting sebelum melakukn langkah selanjutnya.

Baca juga: 5 Hal Penyebab Orang Mudah Marah, Salah Satunya Kondisi Medis

  • Pertimbangkan apakah kemarahan memberi manfaat bagi Anda

Sebelum berusaha menenangkan diri, tanyakan pada diri sendiri apakah kemarahan memberi manfaat dalam hidup Anda?

Jika kemarahan memberi Anda keberanian untuk mengambil sikap atau melakukan perubahan yang baik, Anda hanya perlu menyalurkannya dengan perlahan tanpa terbawa emosi.

Namun, jika kemarahan justru membuat Anda kesulitan dan merusak hubungan dengan sesama, sebaiknya tarik napas dalam-dalam dan segera mengatur emosi.

Jenis kemarahan ini umumnya ditunjukkan dengan sikap lepas kendali dan menyesali kata-kata yang Anda ucapkan di kemudian hari.

Beberapa orang mungkin langsung menunjukkan kemarahan atau emosi tingkat tinggi ketika ada hal yang mengganggu pikirannya.

Kondisi ini membuat seseorang menjadi kalap ketika mengeluarkan emosinya. Namun, sebenarnya ada tanda-tanda kemarahan yang dapat dikenali, yaitu peningkatan detak jantung dan wajah terasa panas.

Dengan mengenali tanda-tanda kemarahan, Anda memiliki kesempatan untuk menerima perasaan tersebut dan mencegah diri mengatakan kalimat kasar atau menyakiti orang lain secara fisik.

Baca juga: 5 Efek Buruk Marah bagi Kesehatan

  • Jauhi pemicu amarah

Menjauh dari pemicu amarah bisa menjadi cara terbaik untuk mengendalikan kemarahan.

Saat berada di dalam dialog dengan tensi tinggi, cobalah untuk mengatur napas dan menenangkan diri. Usahakan untuk menjelaskan bahwa Anda butuh waktu sejenak untuk tenang dan tidak bermaksud melarikan diri dari masalah.

Kemudian, jika kondisi rumah atau anak-anak membuat Anda lelah dan kesal, Anda bisa meluangkan waktu untuk diri sendiri, contohnya pergi ke kedai kopi atau restoran favorit.

  • Curhat dengan orang terdekat

Jika Anda memiliki sahabat atau saudara dekat yang bisa dipercaya dan dapat menenangkan perasaan, cobalah untuk curhat.

Anda mungkin akan merasa lebih tenang setelah menceritakan masalah atau penyebab kemarahan. Orang terdekat mungkin juga bisa memberi ide atau solusi untuk masalah Anda.

Kemarahan dapat membuat seseorang berperilaku agresif yang merusak hubungan antar individu dan menyakiti diri sendiri.

Untuk itu, kita perlu mengelola kemarahan, yaitu dengan mengetahui pemicu amarah hingga curhat.

Baca juga: Kenapa Marah Bisa Meningkatkan Tekanan Darah?

Kapan perlu ke dokter?

Seseorang yang tidak dapat mengelola kemarahan dan memiliki masalah akibat perilaku agresifnya, perlu berkonsultasi dengan tenaga medis profesional, seperti psikolog dan psikiater.

Pasalnya, beberapa masalah kesehatan mental dapat dikaitkan dengan kemampuan diri dalam mengelola kemarahan. Misalnya, PTSD atau gangguan stres pascatrauma yang bisa memicu ledakan emosi atau gangguan depresi yang membuat seseorang mudah marah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com