KOMPAS.com - Infeksi virus marburg adalah salah satu penyakit demam berdarah yang perlu diwaspadai karena tingkat kematiannya sangat tinggi.
Menurut Kementerian Kesehatan, tingkat kematian ketika penderita tertular virus ini bisa mencapai 88 persen.
Untuk meningkatkan kewaspadaan pada penyakit yang potensial menjadi wabah kesehatan global ini, kenali apa itu virus marburg, asal usul, dan gejalanya.
Baca juga: WHO Peringatkan Adanya Virus Marburg yang Berbahaya, Begini Gejalanya
Virus marburg adalah biang penyakit dari famili filovirus, yang masih satu famili dengan virus ebola.
Dilansir dari Britannica, partikel virus ini berbentuk silinder, berserabut, bentuknya bisa bercabang atau batang atau cincin atau U.
Ukuran partikel ini bervariasi, tapi rata-rata memiliki diameter 80 nm, dan panjang 790 nm. Bagian luar partikel ini dilapisi sejenis paku berupa glikoprotein yang menonjol ke luar 5-10 nm dari permukaan partikel.
Kulit protein (kapsid) berisi asam nukleat yang disebut nukleokapsid virus ini menampung materi genetik (genom) RNA rantai negatif dengan panjang 19 kilobase. Genom inilah perantara masuknya virus ke sel inang.
Virus marburg bisa memasuki tubuh penderita lewat lesi atau luka di kulit dan kontak dengan selaput lendir seperti lubang hidung, bibir, kelopak mata, telinga, daerah kemaluan, serta anus.
Awalnya, virus marburg menyerang hati, kelenjar getah bening, dan limpa. Selanjutnya, infeksi virus ini bisa menyebar jaringan tubuh lain secara cepat.
Baca juga: Kenali Apa itu Cacar Monyet, Asal-usul, dan Gejalanya
Virus marburg bukanlah biang penyakit baru. Virus ini kali pertama diidentifikasi pada 1967 menyusul wabah penyakit demam berdarah pada pekerja laboratorium di Marburg dan Frankfurt, Jerman; serta Beograd, Serbia.
Para pekerja tersebut memproduksi vaksin polio dengan menggunakan biakan sel ginjal dari monyet hijau Afrika, yang dikenal sebagai grivet (Chlorocebus aethiops).
Monyet ini diimpor dari Uganda ke laboratorium di ketiga lokasi dan terindentifikasi sebagai sumber awal infeksi.
Virus ini dinamai Marburg. Seperti nama kota yang paling banyak temuan awal infeksi marburg. Kala itu, ada sekitar 30 kasus infeksi virus.
Selanjutnya, wabah dan kasus infeksi marburg dilaporkan di Angola, Republik Demokratik Kongo, Kenya, Afrika Selatan, dan Uganda.
Sejak teridentifikasi pada 1967, dilaporkan sedikitnya sudah ada 593 kasus infeksi marburg.