Orang yang menderita HIV/AIDS dapat mengembangkan neuropati akibat efek virus dan obat yang digunakan untuk mengobatinya.
Obat-obatan didanosine (Videx), zalcitabine (Hivid), dan stavudine (Zerit) paling sering dikaitkan dengan gejala neuropatik.
Baca juga: Neuropati Perifer
Penyakit dan gangguan autoimun merupakan faktor risiko penyebab neuropati.
Contoh yang umum meliputi rheumatoid artritis, lupus, vaskulitis, sarkoidosis, penyakit celiac, sindrom Sjogren, sindrom Guillain-Barré, dan kelainan keturunan penyakit Charcot-Marie-Tooth.
Penyakit menular dapat menyebabkan neuropati. Contoh infeksi yang umum menjadi penyebab neuropati adalah herpes zoster.
Risiko neuropati meningkat seiring bertambahnya usia. Kondisi ini disebut postherpetic neuralgia, yang mana nyeri saraf bertahan lama.
Penyakit Lyme juga dapat menyebabkan neuropati, terutama di area wajah.
Baca juga: Neuropati Diabetik
Kekurangan vitamin atau malnutrisi bisa menyebabkan fungsi saraf terganggu dan neuropati terjadi.
Misalnya, kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan kerusakan pada selubung mielin yang mengelilingi dan melindungi saraf.
Mengkonsumsi alkohol berlebihan atau penyalahgunaan alkohol dapat menyebabkan penyerapan nutrisi dalam tubuh terganggu.
Itu bisa membuat tubuh mengalami malnutrisi dan pada gilirannya itu bisa menjadi penyebab neuropati.
Baca juga: Tanda-tanda Kerusakan Saraf yang Mungkin Terjadi
Paparan racun termasuk yang ada dalam makanan dapat menjadi penyebab neuropati.
Contohnya, merkuri dan arsenik adalah racun yang dapat menyebabkan neuropati.
Paparan merkuri sangat tinggi bisa Anda peroleh tanpa sadar dari konsumsi makanan laut terlalu banyak dan sering.
Sementara, paparan arsenik bisa berasal dari beras merah. Beras merah mengandung nutrisi lebih baik, tetapi kandungan arseniknya juga lebih tinggi dari pada beras putih.