Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Mitos Kepribadian Introvert

Kompas.com - 25/05/2023, 12:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Fredrick Yappy Setiadi dan Linda Wati*

KITA semua mungkin sudah akrab dengan jenis-jenis kepribadian manusia, yaitu Introvert dan Ekstrovert. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Carl Gustav Jung dan sudah cukup popular di Indonesia.

Ekstrovert dikenal sebagai orang yang asik untuk diajak bergaul, sedangkan introvert dikenal kaku dan terlalu serius untuk diajak bergaul, bahkan cenderung terkesan terisolasi.

Apakah hal ini sepenuhnya benar?

Menurut Jung, seseorang pasti memiliki sifat ekstrovert dan introvert dalam diri mereka. Jadi tidak ada yang benar-benar sepenuhnya ekstrovert dan introvert, atau bahkan memiliki karakteristik yang seimbang di antara keduanya (ambievert), yang Jung sendiri anggap sebagai karakteristik yang ideal. (Jess Feist & Gregory J. Feist, 2009)

Introvert identik dengan istilah-istilah seperti kaku, kuper, sombong, dan pemalu. Hal ini bisa terjadi karena introvert lebih suka untuk melakukan aktivitas yang tidak membutuhkan banyak interaksi dengan orang lain sehingga terkesan menjauh dari orang-orang di sekitar mereka.

Mungkin ketika membaca artikel ini, kita akan bertanya-tanya, apakah kita termasuk introvert atau bukan? Berikut ciri-ciri umum yang biasanya terdapat pada introvert:

  • Mudah merasa lelah di keramaian
  • Lebih suka mengungkapkan perasaanya dengan menulis, dibandingkan berbicara langsung
  • Mempunyai sedikit teman, tapi sangat akrab
  • Tidak suka berkonflik dan menghindari konflik
  • Sering kali tenggelam dalam pikirannya dan lamunannya
  • Tidak suka menjadi pusat perhatian
  • Lebih suka untuk bekerja sendiri, dibandingkan kerja kelompok
  • Cenderung selalu berpikir, sebelum berbicara

Melihat dari bagaimana cara seorang introvert untuk bersosialisasi, maka tidak aneh apabila banyak orang yang salah paham tentang introvert, sehingga terdapat mitos-mitos yang salah tentang mereka. Mari kita bahas mitos-mitos yang umum mengenai introvert.

Introvert sama dengan pemalu

Introvert dan pemalu adalah dua istilah yang sering overlap satu sama lain. Individu yang pemalu biasanya mengalami kecemasan ketika bersosialisasi, sedangkan introvert secara umum tidak merasakan kecemasan ketika berinteraksi dengan orang lain (Jonathan Rauch, 2003).

Contohnya A (pemalu) merasa enggan untuk menyapa lebih dahulu karena takut dianggap sok asik. Sedangkan B (introvert) merasa enggan untuk menyapa lebih dahulu karena memang tidak mau.

Jadi individu introvert pada dasarnya mampu dan berani untuk melakukan kontak dengan orang lain. Dia berani untuk menegur atau memulai pembicaraan dengan orang lain.

Namun, dia cenderung tidak terlalu menyukai untuk aktif dalam kegiatan tersebut. Dia cenderung memilih sendiri daripada terlibat aktif dalam kegiatan sosialisasi.

Introvert tidak bisa menjadi pemimpin

Pemimpin pada umumnya dikenal sebagai seorang yang asertif dan dominan, namun pada faktanya banyak dari pemimpin dari perusahaan-perusahaan besar dunia adalah seorang introvert, seperti Marc Zuckerberg dan Steve Jobs.

Terlebih lagi dalam studi, ditemukan bahwa seorang introvert adalah pemimpin yang baik, ketika anggotanya aktif (Susan Cain, 2012).

Jadi seorang introvert juga dapat menjadi pemimpin yang sangat baik dengan syarat anggota-anggotanya lebih cenderung aktif.

Walaupun seorang introvert dikenal sebagai orang yang kurang suka bersosialisasi, ketika membentuk hubungan, mereka cenderung menjadi sangat akrab. Hal tersebut dapat membentuk koneksi yang baik dengan bawahan mereka di lingkungan kerja.

Individu yang introvert cenderung menjadi pendengar yang baik, sehingga membuat mereka menjadi pemimpin yang terbuka terhadap ide-ide baru dari anggotanya.

Introvert tidak bisa bersosialisasi

Bisa bersosialisasi atau tidak merupakan bentuk keterampilan yang berbeda dengan kepribadian. Tidak selalu seorang introvert tidak mampu bersosialisasi, sebaliknya juga tidak selalu introvert mampu bersosialisasi.

Namun pada dasarnya seorang introvert memang tidak terlalu menyukai pertemanan dengan banyak orang. Seorang introvert lebih menyukai pembicaraan yang berlangsung one on one, sehingga 2 atau 3 teman sebenarnya sudah lebih dari cukup bagi mereka.

Introvert juga menyukai kegiatan yang tidak memerlukan interaksi dengan orang lain. Mereka akan merasa nyaman ketika menyendiri dan cenderung menghindari interaksi dengan banyak orang lain.

Mereka lebih suka untuk meluangkan waktu mereka untuk membaca, menulis, melukis, dan berkhayal.

Meski menyukai hal-hal tersebut, bukan berarti introvert tidak bisa bersosialisasi sama sekali, pada faktanya introvert adalah teman yang bisa dijadikan pendengar yang baik dan punya empati yang tinggi.

Mereka lebih suka untuk bersosialisasi dengan teman, kolega, dan keluarga, yang mereka anggap dekat. Seorang introvert juga menghargai hubungan relasi yang intim.

Menurut Psikolog David Buss, mereka yang menghargai hubungan relasi yang intim, akan menikmati pembicaraan yang mendalam dan cenderung memiliki teman yang sedikit. (Susan Cain, 2012).

Jadi dapat disimpulkan bahwa bersosialisasi dan kepribadian introvert adalah dua hal yang berbeda.

Introvert adalah penyakit

Banyak yang salah mengartikan introvert adalah penyakit atau gangguan. Hal ini adalah hal yang salah, karena seperti yang sudah dibahas di atas, introvert adalah jenis kepribadian, bukanlah sebuah penyakit atau gangguan.

Kecendrungan mereka untuk beraktivitas, meluangkan waktu, dan berinteraksi yang berbeda dengan orang pada umumnya yang menyebabkan introvert sering kali dianggap sebuah penyakit/gangguan.

Jadi pandangan bahwa introvert adalah penyakit, merupakan pandangan yang salah karena introvert adalah jenis kepribadian bukanlah sebuah penyakit/gangguan.

Penyakit atau gangguan adalah ketika sudah menunjukkan perilaku aneh dan mengganggu dirinya atau orang lain.

Penjelasan sebelumnya sudah menunjukkan bahwa seorang introvert bisa bersosialisasi dan menjadi pemimpin yang baik sehingga tidak semua individu introvert akan menunjukkan perilaku aneh dan mengganggu.

Introvert adalah orang yang sombong

Sama seperti introvert dan pemalu, introvert dan sombong adalah dua hal yang juga sering terjadi overlap.

Individu yang sombong pada umumnya tidak mau berinteraksi dengan orang lain, disebabkan mereka merasa diri mereka lebih baik dibandingkan orang lain atau istilah gaulnya “gak level”.

Sedangkan individu introvert tidak mau berinteraksi dengan orang lain, disebabkan mereka merasa sulit untuk membentuk relasi baru dengan orang lain dan sudah terlanjur nyaman dengan lingkungan mereka (Ajeng Quamila, 2021).

Jadi individu introvert bukanlah orang yang sombong. Individu introvert memang terkesan terlalu serius dan menutup diri di mana membuat mereka terlihat seperti orang yang sombong.

Namun jika kita mencoba untuk berkomunikasi langsung dengan mereka, kita akan menyadari bahwa sebenarnya mereka juga seru dan asik untuk diajak berbicara.

Itulah beberapa mitos yang banyak beredar mengenai introvert. Jadi kesimpulannya adalah banyak dari mitos yang beredar mengenai introvert adalah hal yang salah.

Pada dasarnya seorang introvert belum tentu pemalu, belum tentu juga tidak mampu menjadi pemimpin yang baik, introvert juga bukan sebuah penyakit, dan seorang introvert bukanlah orang yang sombong.

Sebaliknya, mereka sebenarnya juga asik untuk diajak berbicara, dapat menjadi teman yang baik karena dapat menjadi pendengar yang baik, dan mampu menghasilkan karya besar melalui kepemimpinan.

*Fredrick Yappy Setiadi, Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Linda Wati, Dosen S1 Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com