Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Orang Bisa Mengalami PTSD yang Perlu Diketahui

Kompas.com - 28/12/2023, 20:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Seseorang dapat mengembangkan gangguan stres pascatrauma (PTSD) karena banyak kemungkinan terkait peristiwa traumatis.

Mengutip Mayo Clinic, PTSD adalah suatu kondisi kesehatan mental yang dipicu oleh peristiwa mengerikan, baik dialami langsung atau disaksikan.

Gejala PTSD mungkin termasuk kilas balik, mimpi buruk, kecemasan parah, serta pikiran yang tidak terkendali tentang peristiwa tersebut.

Baca juga: 23 Tanda-tanda PTSD yang Harus Diperhatikan

Beragam gejala PTSD menyebabkan masalah yang signifikan dalam situasi dan hubungan sosial.

Sehingga, penderitanya sering kali kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara normal.

Alhasil, penderita PTSD dapat mengembangkan pikiran dan upaya bunuh diri.

Simak artikel ini untuk mengetahui apa dan bagaimana penyebab PTSD bisa memengaruhi orang.

Baca juga: Kenali Apa Itu PTSD, Penyebab, Gejala, dan Komplikasinya

Apa penyebab PTSD bisa dialami seseorang?

Menurut Mayo Clinic, seseorang dapat mengembangkan gangguan stres pascatrauma ketika mengalami, melihat, atau mengatahui peristiwa traumatis.

Peristiwa traumatis yang menjadi latar paling umum penyebab PTSD berkembang meliputi berikut:

  • Menghadapi peperangan
  • Pelecehan fisik pada masa kanak-kanak
  • Kekerasan seksual
  • Serangan fisik
  • Ancaman senjata
  • Kecelakaan

Banyak peristiwa traumatis lainnya juga dapat menyebabkan PTSD, seperti kebakaran, bencana alam, penjambretan, perampokan, penyiksaan, penculikan, diagnosis medis yang mengancam jiwa, serangan teroris, dan peristiwa ekstrem atau mengancam jiwa lainnya.

Seperti kebanyakan masalah kesehatan mental, PTSD mungkin disebabkan oleh kombinasi kompleks dari:

  • Pengalaman stres, termasuk jumlah dan tingkat keparahan trauma yang dialami dalam hidup
  • Risiko kesehatan mental yang diwariskan, seperti riwayat kecemasan dan depresi dalam keluarga
  • Ciri-ciri kepribadian yang diwarisi
  • Cara otak mengatur bahan kimia dan hormon yang dilepaskan tubuh sebagai respons terhadap stres.

Baca juga: Studi Ungkap Manfaat Diet Mediterania Bisa Kurangi Gejala PTSD

Bagaimana PTSD terjadi?

Dikutip dari Cleveland Clinic, sekitar 61 persen hingga 80 persen orang mengalami peristiwa traumatis dalam hidup mereka, paling tidak sekali.

Namun, PTSD hanya berkembang pada sekitar 5 persen hingga 10 persen dari populasi ini.

Tidak jelas mengapa orang merespons trauma secara berbeda.

Namun, penelitian menunjukkan bahwa penderita PTSD memiliki tingkat neurotransmiter dan hormon tertentu yang tidak normal. Mereka juga mengalami perubahan otak.

Dengan demikian, itu bisa menjelaskan penyebab PTSD terjadi pada sebagian orang yang mengalami peristiwa traumatis. 

Baca juga: Gejala PTSD pada Anak dan Remaja yang Perlu Diperhatikan

  • Neurotransmiter dan perubahan hormon

Mengutip NHS, penelitian menunjukkan bahwa penderita PTSD memiliki tingkat hormon kortisol (hormon stres) yang tidak normal.

Biasanya, tubuh memproduksi hormon stres seperti adrenalin saat dalam bahaya untuk memicu reaksi dalam tubuh. Reaksi ini membantu mematikan indra dan menumpulkan rasa sakit.

Orang dengan PTSD diketahui terus memproduksi hormon tersebut untuk menghasilkan respons "fight or flight" dalam jumlah tinggi, meskipun tidak ada bahaya.

Diperkirakan hal ini mungkin bertanggung jawab atas mati rasa dan hyperarousal yang dialami oleh beberapa orang dengan PTSD. 

Hyperarousal adalah kondisi ketika seseorang mendadak menjadi sangat waspada karena mengingat trauma.

Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan perubahan fungsi sistem neurotransmitter lainnya, termasuk asam gamma-aminobutyric (GABA), glutamat, dan serotonin.

Baca juga: Terlihat Sama, Ini Beda Depresi dan PTSD

  • Perubahan otak

Penyebab PTSD dikaitkan juga dengan perubahan fungsi dan anatomi otak sebagai berikut:

  • Ukuran hipokampus (bagian otak yang mengatur motivasi, emosi, pembelajaran, dan memori) mengecil
  • Amigdala (bagian otak yang memproses emosi dan respons rasa takut) terlalu reaktif 
  • Korteks prefrontal medial, yang sebagian mengontrol reaktivitas emosional amigdala, tampak lebih kecil dan kurang responsif.

Menurut NHS, kondisi ini tampaknya berhubungan dengan ketakutan dan kecemasan, masalah memori, dan kilas balik yang muncul pada penderita PTSD.

Sejauh ini, tidak ada tes untuk mendiagnosis PTSD secara khusus dan kondisi ini tidak bisa didiagnosis sendiri. 

Jika Anda merasa memiliki penyebab atau fakto risikonya, Anda perlu berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Dokter atau ahli kesehatan mental biasanya mendapatkan diagnosis pasien PTSD setelah menanyakan gejala yang muncul, riwayat kesehatan fisik, riwayat kesehatan mental, dan paparan trauma.

Baca juga: Kenali Apa itu Gangguan Stres Akut, Gejala hingga Pencegahannya

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Health
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Health
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Health
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
Health
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Penyakit Langka yang Diam-diam Merenggut Nyawa di Usia Muda
Hari Sel Sabit Sedunia: Penyakit Langka yang Diam-diam Merenggut Nyawa di Usia Muda
Health
700 Lebih Kasus Hamil di Bawah Umur di Lombok Timur, Dokter: Ini Berisiko Tinggi
700 Lebih Kasus Hamil di Bawah Umur di Lombok Timur, Dokter: Ini Berisiko Tinggi
Health
Bahaya Anemia: Tubuh Terlihat Sehat tapi Kekurangan Zat Besi
Bahaya Anemia: Tubuh Terlihat Sehat tapi Kekurangan Zat Besi
Health
Ada 179 Kasus Covid-19 di Indonesia per Minggu ke-24 2025
Ada 179 Kasus Covid-19 di Indonesia per Minggu ke-24 2025
Health
20 Ribu Lebih Orang Indonesia Terkena Sifilis, Kenali Ini Gejalanya…
20 Ribu Lebih Orang Indonesia Terkena Sifilis, Kenali Ini Gejalanya…
Health
4,97 Juta Orang Telah Terima Makan Bergizi Gratis, Ribuan Tenaga Kerja Terlibat
4,97 Juta Orang Telah Terima Makan Bergizi Gratis, Ribuan Tenaga Kerja Terlibat
Health
Waspadai Tekanan Darah Tinggi, Ini Pertolongan Pertama Jika Pasien Tak Sadarkan Diri
Waspadai Tekanan Darah Tinggi, Ini Pertolongan Pertama Jika Pasien Tak Sadarkan Diri
Health
Apakah Tidur Cukup Penting Didapat Orang Dewasa? Ini Kata Dokter…
Apakah Tidur Cukup Penting Didapat Orang Dewasa? Ini Kata Dokter…
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau