Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FKUI: Paparan Timbel pada Anak Sebabkan Gangguan Berbahaya

Kompas.com - 10/01/2024, 22:20 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

"Jika tidak ada yang mendistribusikan bahan-bahan itu ke sel-sel tubuh, maka sel-sel tubuh tidak akan berfungsi dengan baik," ujarnya.

"Artinya, anak tersebut tidak akan mencapai pertumbuhan yang optimal," imbuhnya.

Berdasarkan rekomendasi WHO, KTD yang lebih dari 45 mcg/dL sudah harus diberikan terapi khusus.

"Pada anak-anak yang kita temukan ada 4 persen atau 19 anak yang kadar timbel darahnya di atas 45 mikrogram per desiliter. Jadi, memang dipertimbangkan untuk terapi," kata dr. Dewi.

Baca juga: Cara Mengatasi Paparan Etilen Oksida yang Perlu Diperhatikan

Bagaimana timbel masuk dalam tubuh anak?

Dr. Ari menjelaskan bahwa timbel dapat masuk dalam tubuh akan melalui dua jalur, yaitu dihirup (inhalasi) dan dimakan (ingesti).

"Pada anak seringnya dimakan, jadi lewat mulut. Anak-anak usia balita dekat sekali dengan tanah, suka tangannya dimasukkan mulut," ujar anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.

Dalam jangka pendek, timbel yang masuk dalam tubuh anak bisa diserap dalam darah.
"Di dalam darah pada kondisi awal, timbel bisa masuk ke sel-sel darah merah sehingga mengganggu fungsinya. Sehingga, sel darah merah menjadi rapuh, menjadi cepat hancur. Jadinya, sel darah merah rendah," paparnya.

Dalam jangka panjang, unsur timbel yang masuk dalam tubuh anak dapat mengiinfeksi hingga sumsum tulang belakang.

"Itu bisa sampai mengganggu pembentukan sel darah merahnya. Jadi terkena sumsum tulangnya, akan mengganggu pembentukan sel darah merah yang mengakibatkan anemia," ucapnya.

Pada akhirnya, anak akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

"Sudah dibuktikan dalam penelitian ini anak yang kadar timbel darahnya tinggi dan anemia, berisiko mengalami gangguan perkembangan, hampir empat kali lipat dibandingkan anak yang lain," bebernya.

Baca juga: Efek Paparan Merkuri bagi Kesehatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com