Adapun berdasarkan tingkat keparahannya, pneumothorax dapat diklasifikasikan menjadi:
Pada kondisi simple pneumothorax, hanya sebagian paru-paru yang kolaps, tetapi bisa menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam darah dan sesak napas.
Simple pneumothorax bukan kondisi darurat, tetapi tetap perlu dipantau.
Baca juga: 5 Perbedaan Paru-paru Perokok dan Bukan Perokok
Pada tension pneumothorax, seluruh bagian paru-paru kolaps sehingga menyebabkan penurunan fungsi jantung dan organ tubuh lain.
Tension pneumothorax dapat menyebabkan kematian bila tidak segera ditangani.
Pada open pneumothorax, terdapat lubang terbuka di dada sehingga udara luar bisa keluar masuk ke dalam rongga pleura.
Jika lubangnya semakin besar, maka paru-paru akan makin mengempis sehingga penderitanya dapat sulit bernapas.
Adapun melansir dari Mayo Clinic, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya pneumothorax adalah:
Baca juga: Penyebab Kanker Paru-paru Stadium 4 yang Perlu Diketahui
Pneumothorax terjadi karena tekanan udara di rongga pleura meningkat dan menekan paru-paru sehingga menghalangi paru-paru mengembang saat penderita menarik napas.
Kondisi ini dapat memicu sejumlah gejala seperti:
Pengobatan pneumothorax bertujuan untuk mengurangi tekanan di paru-paru agar paru-paru bisa mengembang dengan baik dan untuk mencegah kambuhnya penyakit ini.
Metode penanganan yang akan dipilih dokter tergantung pada tingkat keparahan dan kondisi pasien.
Baca juga: Apakah AC Berbahaya bagi Paru-paru? Berikut Penjelasannya…
Beberapa metode penanganan yang dapat digunakan untuk menangani pneumothorax antara lain:
Jika hanya sebagian kecil paru-paru pasien yang kolaps dan tidak ada gangguan pernapasan berat, dokter mungkin hanya akan memantau kondisi pasien.
Pemantauan dilakukan dengan menjalankan foto Rontgen secara berkala sampai paru-paru pasien bisa mengembang kembali.