Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Farid Eka Wahyu Endarto
Dokter Klinik Universitas Negeri Malang

Seorang dokter di Universitas Negeri Malang yang hobi berpetualang, menjelajahi alam. Di luar pekerjaan, adalah seorang suami dan ayah yang sangat mencintai keluarga. Berusaha untuk terus berbagi dan membantu orang menjaga kesehatan dengan cara yang santai dan mudah dipahami. Selaras dengan motto "Sehat adalah sebuah kebebasan tertinggi." - Henri Frederic Amiel

Mengapa Lemak di Perut Lebih Susah Dihilangkan?

Kompas.com - 01/02/2025, 10:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pertama, perbedaan reseptor lemak. Lemak perut memiliki lebih banyak reseptor alfa-2 dibandingkan dengan reseptor beta-2.

Reseptor alfa-2 berperan dalam menghambat lipolisis (pemecahan lemak), sedangkan reseptor beta-2 justru mempercepat proses ini.

Ketika tubuh dalam kondisi defisit energi, hormon katekolamin seperti epinefrin dan norepinefrin akan berikatan dengan reseptor-reseptor ini.

Jika lebih banyak reseptor alfa-2 yang aktif, maka proses pelepasan lemak dari sel adiposa menjadi lebih lambat, membuat lemak perut lebih sulit terbakar dibandingkan dengan lemak di bagian tubuh lain yang memiliki lebih banyak reseptor beta-2.

Kedua, sirkulasi darah yang lebih rendah. Lemak visceral memiliki suplai darah yang lebih rendah dibandingkan dengan lemak di bagian tubuh lain, yang menghambat proses lipolisis atau pemecahan lemak.

Baca juga: Mengapa Diet Intermiten Gagal?

Suplai darah yang minim mengurangi pasokan oksigen dan hormon lipolitik ke jaringan lemak, sehingga proses mobilisasi lemak sebagai sumber energi menjadi lebih lambat.

Selain itu, sirkulasi yang buruk menyebabkan akumulasi sisa metabolit yang dapat menghambat proses pemecahan lemak, menjadikannya lebih sulit untuk dihilangkan dibandingkan dengan lemak subkutan yang memiliki aliran darah lebih baik.

Ketiga, regulasi hormon. Hormon kortisol yang meningkat akibat stres dapat memicu akumulasi lemak di perut dengan beberapa mekanisme.

Kortisol meningkatkan nafsu makan dan mendorong penyimpanan lemak di area perut sebagai respons terhadap stres kronis.

Selain itu, kortisol berinteraksi dengan insulin, yang dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin dan akumulasi lemak visceral.

Hormon ini juga mengurangi aktivitas lipolisis (pemecahan lemak) dengan meningkatkan ekspresi reseptor alfa-2 di jaringan adiposa perut, yang menghambat pelepasan lemak sebagai energi.

Oleh karena itu, manajemen stres yang efektif menjadi faktor penting dalam mengurangi penyimpanan lemak di perut dan meningkatkan efisiensi metabolisme lemak.

Bagaimana menghambat reseptor alfa-2?

Menghambat reseptor alfa-2 dapat membantu meningkatkan pemecahan lemak di area perut dengan lebih efektif. Beberapa strategi yang dapat diterapkan adalah:

Pertama, konsumsi kafein. Kafein merupakan stimulan yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor beta-adrenergik dan menghambat efek reseptor alfa-2, sehingga dapat membantu proses mobilisasi lemak.

Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau