KOMPAS.com - Kanker paru-paru merupakan penyebab kematian tertinggi akibat kanker.
Merujuk data Globocan 2022, kanker paru-paru menyebabkan 1,8 juta kasus kematian di seluruh dunia.
Angka tersebut tertinggi dari total angka kematian akibat kanker secara umum sebanyak 9,7 juta jiwa.
Sayangnya, deteksi kanker paru-paru sering kali terlambat, seperti yang dialami oleh ibunda Raisa Andriana, Ria Mariaty.
Berikut artikel ini yang akan mengulas lebih lanjut tentang gejala kanker paru-paru yang sulit dideteksi.
Baca juga: Dari Kisah Ibunda Raisa: Apakah Kanker Paru-paru Sulit Dideteksi?
Pada Desember 2024, ibunda Raisa baru divonis kanker paru-paru stadium 4, meski telah melakukan skrining kanker lengkap pada Mei.
Pada Mei 2024, hasil skrining tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kanker dalam tubuh ibunda Raisa.
Hanya saja kondisi kesehatan Ria Mariaty masih buruk, bahkan batuk terus-menerus selama sebulan dan didiagnosis tuberkulosis (TB).
Namun, beberapa hari setelahnya dokter mencurigai ibunda Raisa menderita kanker dan menyarankan untuk melakukan PET scan.
Dari situ ibunda Raisa mendapatkan diagnosis kanker paru-paru stadium 4, di mana sel kanker sudah menyebar ke tulang.
Baca juga: Penderita Kanker Paru-paru Pantang Makan Apa?
Mengutip Moffitt Cancer Center, kanker paru-paru sulit dideteksi karena organ ini tidak dapat dilihat dan dirasakan, sehingga lebih sulit untuk mendeteksi apakah ada yang salah hingga gejala yang mengganggu muncul.
Selain itu, sebagian besar penderita kanker paru-paru juga tidak memiliki gejala spesifik yang jelas pada tahap awal penyakit, seperti yang dikutip dari National Library of Medicine (NLM).
Gejala kanker paru-paru lebih terlihat ketika penyakit sudah stadium lanjut.
Namun, statistik menunjukkan bahwa prognosis kanker paru-paru sangat erat kaitannya dengan stadium klinis.
Artinya, diagnosis dini dapat secara langsung meningkatkan prognosis pasien.