KOMPAS.com - Maria Branyas Morera berusia 117 tahun saat meninggal pada Agustus 2024. Walau begitu, aspek biologinya tampak jauh lebih muda. Para ahli mencoba mengungkap faktor apa yang menyebabkannya.
Sebelum meninggal di panti jompo di Catalonia, Spanyol, Branyas memegang rekor sebagai orang tertua di dunia yang masih hidup, selama sekitar satu setengah tahun.
Kini, sebuah penelitian terhadap sampel urin, darah, tinja, dan air liur yang dikumpulkan dari Branyas pada tahun terakhir hidupnya mengungkap bahwa ia memiliki sejumlah faktor yang berpotensi melindunginya dari penyakit.
Faktor-faktor tersebut meliputi gen yang terkait dengan fungsi kekebalan tubuh, kadar kolesterol yang fantastis, dan kadar bakteri yang melawan peradangan yang tinggi di dalam ususnya.
Penulis utama penelitian, Manel Esteller, seorang ahli epigenetika kanker, mengatakan, salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan mengapa ada orang yang bisa tetap sehat sampai mencapai usia yang super panjang.
Baca juga: Rahasia Panjang Umur dari Pola Makan Tradisional Okinawa
"Tujuan kami adalah menemukan penjelasan atas pemisahan antara umur panjang yang ekstrem dan menjadi sangat tua, tetapi pada saat yang sama tidak mengidap penyakit-penyakit yang diderita orang tua," kata Esteller kepada Live Science.
Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua peneliti yakin bahwa mempelajari orang-orang yang berusia lebih dari 110 tahun adalah metode yang bermanfaat untuk memahami rahasia umur panjang.
Hal itu sebagian karena usia sebenarnya dari orang-orang tersebut juga dipertanyakan, mengingat sistem pencatatan kelahiran yang sering kurang akurat.
Biologi panjang umur
Menurut Guinness Book of World Records, Branyas lahir di San Fransisco tahun 1907 dan tumbuh besar di Texas, kemudian pindah ke Spayol di tahun 1915.
Di masa tuanya, selain masalah penurunan pendengaran dan gangguan pergerakan, ia masih tergolong sehat dan kemampuan berpikirnya termasuk tajam sampai kematiannya.
Baca juga: Paus Fransiskus Alami Pneumonia, Ini Alasan Lansia Lebih Rentan
Dalam penelitian ini Esteller dan timnya menyelidiki gen Branyas, sel imun, kadar lipid dalam darah, dan protein dalam jaringan tubuhnya, lalu membandingkan hasilnya dengan hasil orang-orang yang lebih muda yang telah menjalani pengujian serupa.
Misalnya, mereka membandingkan hasil genetik Branyas dengan hasil 75 wanita Iberia lainnya dalam Proyek 1000 Genom, sebuah upaya untuk memetakan variasi dalam genom manusia.