KOMPAS.com - Perilaku seseorang di usia dewasa tidak muncul dengan sendirinya, sebagian bisa berasal dari pengalaman trauma masa kecil.
Mengutip PsychCentral, trauma masa kecil adalah istilah umum. Ini mengacu pada pengalaman menyedihkan yang pernah dialami seseorang saat masih kecil.
Trauma masa kecil ini juga bisa dibilang sebagai bentuk gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Baca juga: Trauma Kepala Ringan
Contoh tindakan atau peristiwa yang menimbulkan trauma masa kecil, meliputi:
Trauma masa kecil dapat memengaruhi hubungan karena kita belajar tentang ikatan emosional sejak dini.
Jadi ketika orang yang kita andalkan untuk bertahan hidup menyakiti kita atau tidak hadir, itu dapat memengaruhi cara kita memandang hubungan manusia.
Faktor-faktor yang menentukan reaksi anak terhadap trauma, meliputi:
Otak kita berkembang pesat dari bayi baru lahir hingga balita. Secara umum, semakin tua individu ketika trauma terjadi, maka semakin sedikit dampaknya terhadap kemampuannya dalam menjalin hubungan di masa depan.
Trauma yang memberikan dampak ke masa depan juga dipengaruhi dari berapa lama individu terpapar dan seberapa sering peristiwa traumatis itu terjadi.
Anak-anak dapat mengembangkan rasa trauma hingga dewasa ketika peristiwa traumatis terjadi, ia tidak memiliki sosok orang tua lainnya sebagai pengganti yang bisa mengayomi, seperti:
Baca juga: Trauma Kepala Berat
Mengutip Verywell Mind, setelah terpapar peristiwa traumatis, anak-anak cenderung mengekspresikan beberapa bentuk perubahan perilaku.
Faktanya, perilaku itu masih sering terjadi hingga mereka dewasa.
Berikut tanda-tanda trauma masa kecil yang terlihat dari perubahan perilakunya:
Baca juga: Mengenal Butterfly Hug untuk Atasi Kecemasan Pada Pasien Trauma
Mengutip Psychology Today, jika pengasuh (orangtua) berperilaku disfungsional atau tidak sehat, kemungkinan besar anak-anak akan belajar untuk meniru perilaku tidak sehat yang sama, bahkan jika tidak disengaja.
“Bagi banyak orang, efek pelecehan bermanifestasi dalam hubungan interpersonal yang disfungsional sebagai akibat dari gangguan keterikatan pada titik-titik penting perkembangan masa kanak-kanak.” (Kvarnstrom, 2018)