KOMPAS.com - Trauma kepala merupakan cedera akibat pukulan pada kepala atau tubuh yang dapat berdampak ringan hingga berat.
Selain itu, trauma kepala dapat menyebabkan jaringan otak menjadi memar, bengkak, atau robek.
Baca juga: Cedera Kepala: Jenis, Penyebab, Gejala hingga Cara Mengatasinya
Jenis
Melansir Buku Ajar Neurologi FKUI 2017, cedera kepala terbagi berdasarkan:
- tingkat kesadaran pasien menurut Skala Koma Glasgow (SKG)
- lokasi lesi (jaringan abnormal)
- patologi
Berdasarkan tingkat kesadaran, jenis cedera kepala adalah sebagai berikut:
- Cedera kepala minimal. SKG 15, pasien tidak pingsan, tidak terdapat defisit neurologis, dan CT scan otak normal.
- Cedera kepala ringan. SKG 13-15, pasien pingsan kurang dari 10 menit, tidak terdapat defisit neurologis, dan CT scan otak normal.
- Cedera kepala sedang. SKG 9-12, pasien pingsan selama 10 menit hingga 6 jam, terdapat defisitneurologis, dan CT scan otak abnormal.
- Cedera kepala berat. SKG 3-8, pasien pingsan lebih dari 6 jam, terdapat defisit neurologis, dan CT scan otak abnormal.
Penyebab
Trauma kepala ringan dapat terjadi kapan dan di mana saja. Beberapa di antaranya meliputi:
- terbentur
- kecelakaan
- terpukul (misal dalam aktivitas olahraga)
Gejala
Gejala trauma kepala ringan tidak terlalu serius dan tidak berlangsung lama, seperti:
Baca juga: Sakit Kepala setelah Berolahraga? Kenali Penyebabnya
- sakit kepala ringan
- mual (merasa tidak enak badan)
- pusing ringan
- penglihatan kabur
- ringan
Trauma kepala juga dapat berkembang menjadi cedera otak. Gejalanya adalah sebagai berikut:
- hilang kesadaran, baik singkat (gegar otak) atau lebih lama
- kejang atau gangguan dengan indra, seperti gangguan pendengaran atau penglihatan ganda
- muntah-muntah
- keluarnya darah atau cairan bening dari telinga atau hidung
- hilang ingatan (amnesia)
Jika salah satu atau banyak dari gejala ini terjadi, segera panggil perawatan medis dan bawa penderita ke rumah sakit.
Diagnosis
Trauma kepala merupakan kondisi emergensi. Maka dari itu, diagnosis akan dilakukan secara cepat agar pasien segera mendapat tindakan medis.
Beberapa hal yang akan menjadi pertimbangan dalam mendiagnosis trauma kepala, adalah:
- mekanisme terjadinya cedera
- tingkat kesadaran
- amnesia pascatrauma
- nyeri kepala
- gejala neurologis lain, seperti anosmia atau kejang
- riwayat kesehatan pasien
Baca juga: 8 Penyebab Sakit Kepala dan Mata Kabur yang Perlu Diwaspadai
Perawatan
Penderita trauma kepala ringan dapat melakukan pemulihan di rumah. Namun, tetap harus hati-hati jika ada gejala baru yang muncul.
Penanganan dapat bervariasi tergantung penyebab dan kondisi penderita. Beberapa perawatan yang biasa dilakukan meliputi:
- kompres es
- istirahat
- salep antibiotik topikal dan perban perekat
- rawat inap untuk observasi
- jahitan
- sedasi sedang atau bantuan pernapasan dengan mesin respirasi seperti ventilator mekanis
- operasi
Selain itu, lakukan hal berikut untuk merawat trauma kepala ringan.
- Pastikan ada orang yang dapat menemani dan masih dalam jangkauan telepon serta bantuan medis selama 48 jam pertama setelah cedera
- Istirahat dan hindari stres
- Jangan konsumsi alkohol dan narkoba
- Jangan minum obat tidur atau obat penenang kecuali diresepkan oleh dokter
- Konsumsi parasetamol jika kepala terasa sakit, tapi hindar obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen dan aspirin kecuali diresepkan oleh dokter
- Hindari olahraga yang berpotensi menimbulkan kontak, seperti sepak bola, setidaknya untuk tiga minggu tanpa seizin dokter
- Hindari bekerja, berkuliah, atau bersekolah hingga cedera benar-benar sembuh
- Hindari menyetir mobil, motor, atau naik sepeda hingga benar-benar sembuh
Baca juga: Sakit Kepala Saat Olahraga: Penyebab dan Cara Mengatasi
Pencegahan
Trauma kepala tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi kapan dan di mana saja. Namun, terdapat cara agar menurunkan potensi terjadinya trauma kepala.
Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
- Gunakan pengaman. Gunakan helm, pakaian, sabuk pengaman, atau pelindung diri khususnya jika berkendara atau bekerja di area yang mementingkan keselamatan kerja.
- Gunakan alat yang sesuai. Hindari menggunakan alat-alat yang sudah tidak layak digunakan dalam mengerjakan sesuatu, seperti menggunakan tangga rusak saat mengganti lampu bohlam.
- Cek perabot dan barang-barang di area rumah. Ujung meja yang tajam, tangga yang licin, dan sebagainya. Khususnya, jika terdapat anak-anak di dalam rumah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.