KOMPAS.com - Gas air mata adalah istilah umum untuk bahan kimia yang mengiritasi kulit, paru-paru, mata, dan tenggorokan.
Gas air mata dapat memberikan efek berupa gangguan kesehatan, sehingga seseorang yang terpapar harus segera mencari pertolongan medis.
Beberapa efek gas air mata yang dapat dirasakan langsung oleh seseorang yang terpapar, antara lain:
Baca juga: 4 Efek Gas Air Mata pada Kesehatan yang Perlu Diwaspadai
Efek gas air mata jangka pendek yang disebutkan di atas, umumnya akan hilang dalam 15-20 menit.
Melihat banyaknya efek gas air mata, kita mungkin perlu mengetahui bahan atau kandungannya.
Dikutip dari artikel di Kompas.com yang tayang pada 23 Mei 2019, gas air mata sebenarnya berbentuk bubuk yang mengembang ke udara sebagai kabut halus.
Gas air mata bekerja dengan mengaktifkan reseptor sakit yaitu TRPA1 atau TRPV1.
Melansir dari Scientific American, TRPA1 diaktifkan dengan agen berupa 2-chlorobenzalmalonitrile atau gas CS. Ini merupakan senyawa kimia dengan kandungan klor.
Senyawa tersebut bereaksi secara kimia dengan molekul dan protein tubuh manusia yang mengakibatkan sensasi terbakar, perih, hingga memicu keluarnya air mata.
Selain gas CS, TRPA1 juga dapat aktif dengan agen lain yang lebih kuat yaitu dibemzoxazepine atau gas CR dan kloroasetofenon (gas CN).
Berbeda dari TRPA1 yang menggunakan pengaktif berupa bahan kimia, TRPV1 justru berupa semprotan merica. Senyawa utamanya berasal dari capsicin yang terdapat pada cabai.
TRPV1 mengakibatkan sensasi pedas dan perih di mata. Jika dibiarkan dan malah cenderung dikucek, mata bisa mengeluarkan air mata.
Meski senyawanya berupa capsaicin, gas air mata yang mengaktifkan TRPV1 dibagi menjadi dua yaitu gas OC (capsaicin alami) dan PAVA (capsaicin sintetis).
Baca juga: 12 Makanan yang Mengandung Gas Tinggi
Selain efek jangka pendek, gas air mata juga dapat mengakibatkan risiko cedera permanen yang serius.
Risiko jangka panjang ini ditandai dengan kondisi gejala yang tetap dirasakan seseorang, meski telah meninggalkan area terpapar.
Orang dengan penyakit pernapasan seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik memiliki risiko lebih tinggi mengalami gejala serius setelah terpapar gas air mata.
Dilansir dari Medical News Today, sebuah studi pada tahun 2017 menunjukkan efek jangka tembakan gas air mata, yaitu:
Baca juga: 5 Cara Atasi Gas Berlebih di Pencernaan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.