Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Waktu yang Tepat untuk Mencegah Stunting? Ini Penjelasannya...

Kompas.com - 06/02/2024, 13:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Stunting dan dampaknya masih membayangi Indonesia, di mana jumlah kasusnya masih jauh dari target.

Menurut rilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada Juni 2023, angka stunting di Indonesia pada 2021 sebanyak 24,4 persen dan 21,6 persen pada 2022.

Sementara, ditargetkan pada 2024 turun menjadi 14 persen.

Baca juga: Apakah Makan Siang Mencegah Stunting? Begini Penjelasan IDAI

Untuk diketahui bahwa dampak stunting sebagian besar tidak dapat diubah atau bersifat jangka panjang terhadap individu dan masyarakat.

Mengutip National Library of Medicine, dampak stunting pada anak dan masyarakat yang sangat luas ini meliputi:

  • Buruknya kemampuan kognitif dan kinerja pendidikannya
  • Mendapatkan upah rendah saat dewasa
  • Kemampuan produktivitasnya rendah

Jika disertai dengan penambahan berat badan berlebihan pada masa kanak-kanak, akan terjadi peningkatan risiko penyakit kronis terkait gizi saat masa dewasa.

Olah karena itu, sangat penting untuk mencegahnya. Artikel ini akan mengulas secara ringkas cara mencegah stunting dengan memperhatikan kapan waktu yang tepat.

Untuk memahami waktu yang tepat untuk mencegah stunting, penting terlebih dulu kita pahami pengertian stunting.

Baca juga: Apa Bedanya Stunting dan Gizi Buruk? Ini Penjelasannya

Apa itu stunting?

Dikutip dari National Library of Medicine, stunting merupakan kondisi malnutrisi kronis.

Ini suatu proses yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak (termasuk otaknya) sejak awal konsepsi hingga tahun ketiga atau keempat kehidupan.

Gizi ibu dan anak merupakan faktor penentu pertumbuhan yang penting.

Menurut ukuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting didefinisikan sebagai persentase anak yang tinggi badan terhadap umurnya berada di bawah minus dua standar deviasi (untuk stunting sedang) dan minus tiga standar deviasi (untuk stunting berat) dari median Standar Pertumbuhan Anak WHO pada 2006.

Anak-anak dianggap mengalami stunting parah, jika panjang/tinggi badan mereka di bawah −3 SD dari median standar pertumbuhan anak WHO untuk usia dan jenis kelamin yang sama.

Baca juga: IDAI: Keamanan Pangan Bisa Jadi Faktor Risiko Stunting

Anak dengan stunting memiliki dampak langsung dan jangka panjang, termasuk:

  • Peningkatan angka kesakitan dan kematian
  • Buruknya perkembangan dan kapasitas belajar anak
  • Peningkatan risiko infeksi dan penyakit tidak menular
  • Peningkatan kerentanan terhadap penumpukan lemak yang sebagian besar terjadi di bagian tengah tubuh
  • Penurunan berat badan
  • Oksidasi lemak
  • Memiliki energi yang rendah
  • Resistensi insulin dan risiko lebih tinggi terkena diabetes, hipertensi, dislipidemia
  • Penurunan kapasitas kerja dan hasil Reproduksi ibu yang kurang baik di masa dewasa.

Selain itu, anak-anak dengan stunting yang mengalami kenaikan berat badan secara cepat setelah 2 tahun memiliki peningkatan risiko menjadi kelebihan berat badan atau obesitas di kemudian hari.

Baca juga: 8 Macam Nutrisi untuk Mencegah Stunting yang Harus Diketahui

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau