Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Saatnya Pria Ikut Berperan dalam Pencegahan Kanker Payudara

Kompas.com - 12/11/2014, 19:20 WIB

Tulisan ini merupakan salah satu tulisan terbaik dalam kompetisi blog pada micro site Caring by Sharing Kompas.com yang diadakan selama bulan Oktober 2014 dalam rangka bulan Kanker Payudara.

Penulis: Ang Tek Khun

Disadari atau tidak, perbincangan tentang kanker payudara dan upaya pencegahan serta deteksi dininya, seolah membelah perbedaan gender. Masyarakat awam menangkap kesan bahwa isu ini adalah urusan kaum hawa semata. Simbol pita dengan pilihan warna pink, seolah mempertegas “itu urusan perempuan”.

Maka, tidak heran bila perbincangan soal pencegahan dan deteksi dini kanker payudara hanya menyangkut dua hal. Pertama, hal-hal teknis seperti tata cara deteksi dini dan terapi yang harus dilakukan. Kedua, “kesan” peran minim kaum pria sebagai subjek dalam perbincangan isu ini.

Atas dasar pemikiran ini, kiranya sudah saatnya kita menggagas edukasi dan mengangkat isu peran kaum pria, terutama dalam ranah pencegahan dan deteksi dini. Ada tiga hal faktual yang layak diungkap di sini untuk meraih perhatian, serta mengusung dan menggarisbawahi alasan bagi kaum pria untuk berperan lebih signifikan. Pertama, fakta pragmatis, kedua, fakta relasi, dan ketiga, fakta medis. Mari kita perbincangkan di sini.

Tiga Alasan

Pertama, alasan pragmatis. Untuk alasan ini, kita perlu jujur dan terbuka bahwa, maaf, payudara seorang perempuan tak bisa dikatakan sebagai “aset” pribadi miliknya seorang diri. Dalam ruang privat, organ hasil desain cantik Sang Khalik ini nyatanya “berbagi” kepemilikan dengan kaum pria.
Mungkin tidak pada masa sebelum akil balik. Namun sesudahnya, payudara seorang remaja mulai menjadi “sasaran” perhatian mata kaum lelaki. Lalu pada masa pacaran, wilayah eksotik ini menjadi incaran jemari “kreatif”.

Memasuki fase pernikahan, dalam durasi panjang, setidaknya pra-menopause, bagian tubuh yang menggiurkan ini “dijajah” dan “dieksplorasi” habis dengan sepenuh hati oleh para suami. Bukankah demikian kisah nyatanya? Dan, bukankah sudah selayaknya pria dituntut “balas jasa”nya?

Kedua, alasan relasi. Dalam perjalanan hidupnya, perempuan tidak bisa lepas dari iringan kaum pria. Sebagai anak, ia diiringi sang ayah sejak lahir dan masa tumbuh-kembang hingga melepasnya sebagai perempuan dewasa yang akan membangun keluarganya sendiri. Sebagai istri, ia didampingi suami bahkan sejak masa pra-nikah dalam status sebagai pacar.

Ketiga, alasan medis. Berdasarkan data yang dirilis National Cancer Institute, pria juga berpeluang mengidap kanker payudara. Meskipun payudara pria tidak memproduksi air susu, jaringan dan sel-sel di dalamnya tetap berisiko terkena kanker.

Secara angka, kasus kanker payudara pada pria kurang dari satu persen populasi. Namun yang perlu diperhatikan bukan soal jumlah, karena kanker pada pria tetap saja akan menurunkan kualitas hidup, bahkan berakhir fatal. Kefatalan ini bahkan bisa lebih tinggi dari perempuan karena kesadaran pria masih sangat kurang, sehingga terlambat mencari pertolongan medis.

DIAN MAHARANI Jakarta Goes Pink, kampanye peduli kanker payudara di jalur car free day, Bundaran HI, Jakarta, Minggu (12/10/2014).

Seberapa serius kanker payudara pada pria?

Pada tahun 2013, ada lebih dari 2.000 pria yang terdiagnosa kanker payudara dan lebih dari 400 pria tersebut bisa meninggal dunia karena keganasan penyakit ini. Salah satu penyebabnya adalah pria cenderung tak acuh terhadap gejala kanker payudara.

“Kesalahpahaman yang sering terjadi adalah pria menganggap mereka tidak memiliki payudara, sehingga mereka jarang memperhatikan perubahan yang terjadi di payudaranya,” ungkap Dr. Steven Libutti dari Montifiore Einstein Center for Cancer Care.

The American Cancer Society memperkirakan setiap tahun ada sekitar 1.990 kasus baru kanker payudara pada pria dan menyebabkan sekitar 480 kematian. Perkiraan angka harapan hidup dalam lima tahun untuk kanker payudara pria pada stadium awal adalah 75-100%, stadium menengah 50-80%, dan stadium lanjut 30-60%.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com