Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/01/2015, 16:00 WIB

Oleh: Adhitya Ramadhan

KOMPAS.com - Bulan Januari adalah puncak musim hujan. Meskipun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprakirakan curah hujan Januari 2015 lebih rendah daripada Januari 2014, kewaspadaan dampak buruk seperti banjir tetap harus tinggi. Selain bencana alam, kewaspadaan munculnya penyakit khas musim hujan juga diperlukan.

Sejumlah penyakit muncul saat pancaroba dan musim hujan, baik kategori penyakit menular langsung maupun yang menular melalui vektor. Penyakit menular langsung yang umum adalah diare dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), sedangkan penyakit menular melalui vektor ialah demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan nyamuk dan leptospirosis dengan vektor tikus.

Diare ditandai buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja cair, yang bisa disertai darah atau lendir. Diare juga terkait kebersihan sumber air.

Menurut ahli gastroenterologi dari Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Ari Fahrial Syam, saat terjadi perubahan suhu, saluran pencernaan rentan terinfeksi virus, bakteri, dan parasit. Akibatnya, diare, muntaber, atau disentri. ”Yang paling umum pada saat pergantian musim adalah diare,” katanya, akhir pekan lalu.

Perubahan suhu udara melemahkan daya tahan tubuh. Sementara mutu air dan lingkungan sekitar umumnya tak sehat. Pada saat daya tahan tubuh turun, makanan dan minuman tak sehat rentan menginfeksi usus.

Oleh karena itu, mengonsumsi makanan sehat dan minum air bersih mutlak dilakukan. Begitu pula cuci tangan sebelum makan. Meskipun sederhana, itu langkah pencegahan ampuh pada setiap orang.

ISPA disebabkan virus atau bakteri. Penyakit ini diawali gejala panas disertai salah satu atau lebih gejala tenggorokan sakit atau nyeri menelan, pilek, serta batuk kering atau berdahak. Kelompok umur 1-4 tahun paling rentan terkena ISPA.

”Ketika pancaroba, perubahan suhu bisa sangat ekstrem. Jika daya tahan tubuh tidak bagus akan mudah terkena influenza yang bisa mengarah pada ISPA. Pada anak balita, ISPA dan diare paling banyak diderita,” ujar Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Sigit Priohutomo.

Dokter spesialis telinga, hidung, tenggorokan (THT) dari RS Gandaria, Rusdian Utama Roeslani, mengatakan, ketika pancaroba, saluran pernapasan rentan terkena influenza.

Pada saat perubahan suhu akibat peralihan musim, tubuh menyesuaikan. Tubuh sehat akan beradaptasi baik. Sebaliknya, tubuh yang sedang lemah sehat berisiko terganggu.

Saluran napas paling terpengaruh perubahan suhu. Konka (selaput lendir berlipat-lipat di dalam rongga hidung) menjadi regulator suhu dan kelembaban udara yang masuk ke paru-paru. Pada saat suhu dingin, konka membesar agar udara yang masuk paru-paru hangat dan muncul lendir. Jika badan tak bugar, lendir yang keluar tak seimbang sehingga hidung tersumbat.

Gejala flu timbul setelah 2-3 hari terinfeksi. Awalnya, tenggorokan terasa kering. Setelah 2-3 hari, pilek dan ingus keluar. Setelah empat hari muncul batuk dan kerap disertai dahak.

Infeksi virus influenza umumnya tak berbahaya. Bisa sembuh sendiri tanpa perlu konsumsi antibiotik pada 5-7 hari pertama terinfeksi. Jika di atas tujuh hari belum sembuh, biasanya bukan hanya virus yang menginfeksi. Bakteri juga.

Menurut Rusdian, langkah pencegahan infeksi flu cukup mengonsumsi makanan bergizi seimbang, banyak makan buah, minum air putih, dan istirahat. Konsumsi vitamin C dosis tinggi demi meningkatkan daya tahan tubuh sebagai upaya pencegahan infeksi flu masih diperdebatkan. Jika kondisi ginjal tak bagus, konsumsi vitamin C dosis tinggi mengganggu fungsi ginjal.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com