Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/09/2021, 15:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bermain air adalah hal yang menyenangkan dan dapat dilakukan untuk melepas penat bersama keluarga ataupun teman.

Cukup banyak aktivitas yang dapat dilakukan di air, seperti berenang, melakukan olahraga air, menyelam, atau sekadar bermain air di tepi pantai.

Namun, kegiatan dengan kontak langsung di air tersebut dapat berisiko mengalami demam keong.

Baca juga: Cacing Parasit Ancam Hewan Laut, Mungkinkah Sushi juga Terkontaminasi?

Demam keong atau schistosomiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit yang hidup di air tawar, dan biasanya terjadi di daerah dengan iklim subtropis dan tropis.

Penyakit ini sering ditemukan di beberapa wilayah di bawah ini:

  1. Afrika, termasuk Mesir dan Lembah Sungai Nil
  2. Amerika Selatan dan sebagian Karibia
  3. Asia Tenggara: Filipina, Laos, Indonesia
  4. Timur Tengah: Irak, Iran, Arab Saudi, Yaman
  5. Cina Selatan

Schistosomiasis disebut sebagai demam keong karena bentuk infektif cacing ini dikenal dengan serkaria yang muncul dari siput.

Ketika kulit manusia masuk ke dalam air, mereka dapat terinfeksi larva parasit ini. Kemudian, larva berkembang menjadi cacing dewasa yang hidup dalam darah manusia.

Schistosomiasis dapat mempengaruhi berbagai organ tubuh, seperti paru-paru, sistem saraf, dan otak. Kerusakan organ tergantung dengan spesies parasit yang hidup dalam tubuh.

Tidak hanya menyerang manusia, beberapa jenis schistosomiasis dapat menginfeksi burung dan kerbau.

Baca juga: 4 Kondisi Infeksi Parasit Mengintai Anda

Penyebab

Melansir Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), schistosomiasis terjadi karena manusia terinfeksi oleh larva Schistosoma yang ada di air tawar.

Parasit Schistosoma dapat menembus kulit manusia yang sedang bersentuhan langsung dengan air.

Setelah beberapa minggu hidup dalam organ tubuh manusia, parasit akan berkembang menjadi cacing dewasa dan berkembang biak.

Beberapa larva dapat menyebar atau berpindah tempat menuju kandung kemih atau usus, yang kemudian akan dikeluarkan melalui urine atau feses.

Anda berisiko terinfeksi penyakit ini jika tinggal atau berada di daerah schitosomiasis terjadi dan melakukan kontak langsung dengan air tawar dari daerah tersebut.

Gejala

Seseorang yang terinfeksi parasit Schistosoma dapat mengalami ruam atau merasakan gatal pada kulit.

Akan muncul gejala berbeda setelah 1 sampai 2 bulan terinfeksi, seperti demam, menggigil, batuk, dan nyeri otot.

Gejala penyakit ini dikarenakan adanya reaksi tubuh terhadap larva dari cacing, bukan karena cacing itu sendiri.

Baca juga: Peneliti LIPI: Tak Mengagetkan Ikan Makarel Terinfeksi Cacing Parasit

Ketika parasit telah tumbuh menjadi cacing dewasa dan berkembang biak, larva yang dihasilkan dapat berpindah ke usus, hati, atau kandung kemih yang dapat menyebabkan peradangan.

Jika infeksi terjadi selama bertahun-tahun, parasit dapat menyebabkan kerusakan pada hati, usus, paru-paru, dan kandung kemih.

Meski jarang terjadi, larva yang hidup di otak atau sumsum tulang belakang dapat menyebabkan kejang, kelumpuhan, atau peradangan pada sumsum tulang belakang.

Diagnosis

Dokter akan melakukan uji sampel feses atau urine untuk mengetahui keberadaan parasit. Tes darah juga dapat dilakukan untuk membuktikan terjadinya infeksi.

Hasil yang akurat biasanya sekitar 6-8 minggu dari kontak langsung terhadap air yang terkontaminasi sebelum sampel darah diambil.

Perawatan

Selama tidak ada kerusakan organ, penyakit ini dapat diobati dengan pemberian Praziquantel untuk meredakan infeksi dan mengurangi terjadinya komplikasi.

Jika schistosomiasis terjadi pada saraf pusat, dokter akan memberikan steroid.

Pencegahan

Belum tersedia vaksin atau obat untuk mencegah penyakit schistosomiasis.

Namun, beberapa tindakan di bawah ini dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena schistosomiasis:

Baca juga: Muntah dan Diare, Ditemukan Cacing Parasit Menggeliat di Dalam Perut Pria Ini

  1. Hindari kontak langsung dengan air tawar di daerah yang mungkin terkontaminasi
  2. Tidak berenang di tempat yang tidak mengandung klorin
  3. Konsumsi air yang aman
  4. Menggunakan air mandi yang bersih dan aman
  5. Gunakan sepatu boots tahan air saat melintasi aliran air tawar atau sungai
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau