Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/02/2022, 20:00 WIB
Jessica Rosa Nathania,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Asfiksia neonatorum adalah suatu kondisi yang terjadi ketika bayi tidak mendapatkan cukup oksigen selama proses kelahiran.

Jika tidak segera ditangani dengan tepat, kondisi ini dapat berakibat fatal.

Baca juga: Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)

Penyebab 

Melansir Healthline, segala bentuk yang memengaruhi kemampuan bayi Anda untuk mengambil oksigen dapat menyebabkan asfiksia neonatorum.

Selama persalinan dan melahirkan, dokter harus hati-hati memantau dan mencoba mengelola kadar oksigen untuk mengurangi risiko.

Asfiksia neonatorum dapat terjadi akibat faktor berikut:

  • Jalan napas bayi tersumbat
  • Bayi menderita anemia
  • Proses persalinan berlangsung terlalu lama atau sulit
  • Ibu tidak mendapatkan cukup oksigen sebelum atau selama persalinan
  • Tekanan darah ibu terlalu tinggi atau rendah selama persalinan
  • Infeksi yang memengaruhi ibu atau bayi
  • Plasenta terpisah dari rahim terlalu cepat
  • Tali pusar melilit bayi dengan tidak benar.

Faktor risiko 

Berdasarkan Children’s Health, faktor yang menyebabkan kehamilan berisiko tinggi untuk asfiksia neonatorum meliputi:

  • Usia ibu kurang dari 16 tahun atau lebih dari 40 tahun
  • Ibu menderita diabetes, hipertensi, atau anemia berat
  • Riwayat aborsi, lahir mati, kematian neonatal dini, atau kelahiran prematur
  • Kurangnya perawatan prenatal
  • Posisi janin abnormal
  • Penyalahgunaan alkohol dan merokok
  • Keterbelakangan pertumbuhan janin yang parah.

Baca juga: Mengenal TTN, Gangguan Pernapasan pada Bayi Baru Lahir

Gejala 

Menurut Healthline, bayi mungkin mengalami gejala asfiksia neonatorum langsung setelah lahir yang meliputi:

  • Kulit yang tampak pucat atau biru
  • Kesulitan bernapas
  • Hidung melebar atau pernapasan perut
  • Detak jantung yang lambat
  • Otot lemah.

Semakin lama bayi tanpa oksigen, semakin besar kemungkinan mereka mengalami gejala kronis yang dapat mencakup cedera atau kegagalan pada:

  • Paru-paru
  • Jantung
  • Otak
  • Ginjal.

Diagnosis 

Pada umumnya, diagnosis asfiksia neonatorum pada bayi akan dilakukan dengan cara berikut:

  • Menerima skor Apgar sekitar 1 hingga 5 menit setelah lahir untuk menilai pernafasan, detak, respon terhadap rangsangan, atau bentuk otot
  • Uji darah bayi untuk menilai kadar asam yang tinggi dan menunjukkan oksigenasi yang buruk
  • Tes darah untuk melihat pengaruh kondisi pada ginjal, jantung, dan hati bayi.

Baca juga: Transient Tachypnea of the Newborn (TTN): Penyebab, Faktor Risiko, Gejala, dan Perawatan

Perawatan 

Tingkat keparahan gejala pada bayi akan memengaruhi pilihan perawatan.

Berikut beberapa bentuk perawatan yang dapat dilakukan untuk menangani asfiksia neonatorum, yaitu:

  • Pemberian oksigen tambahan pada ibu sebelum melahirkan untuk meningkatkan oksigenasi bayi sebelum lahir
  • Melakukan persalinan sesar
  • Penggunaan ventilasi pada bayi yang baru lahir untuk mendukung pernapasannya
  • Menjaga bayi tetap hangat
  • Pemantauan tekanan darah dan asupan cairan untuk memastikan bayi mendapatkan cukup oksigen.

Pencegahan 

Menurut Children’s Health, antisipasi merupakan kunci pencegahan asfiksia neonatorum.

Penting bagi Anda untuk mengidentifikasi janin yang mungkin berisiko asfiksia dengan memantau secara ketat kehamilan berisiko tinggi tersebut.

Ibu berisiko tinggi harus melahirkan di rumah sakit dengan unit perawatan intensif neonatal dengan fasilitas yang sesuai untuk mengobati asfiksia neonatorum.

Selama persalinan, tim medis harus siap melakukan intervensi dengan tepat dan cukup siap untuk resusitasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Terkini Lainnya
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Health
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Health
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Health
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Health
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
Health
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Health
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
Health
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Health
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
Health
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Health
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Health
Dokter Beri Alasan Cukup Tidur untuk Orang Dewasa Sangat Penting
Dokter Beri Alasan Cukup Tidur untuk Orang Dewasa Sangat Penting
Health
Menyibak Masa Depan Rawat Inap Standar di Rumah Sakit
Menyibak Masa Depan Rawat Inap Standar di Rumah Sakit
Health
79 Persen Wilayah Indonesia Bebas Malaria, Menkes Optimistis Eliminasi Kasusnya
79 Persen Wilayah Indonesia Bebas Malaria, Menkes Optimistis Eliminasi Kasusnya
Health
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau