Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/08/2014, 16:45 WIB

Hingga kini, Indar mendukung pemberian ASI sampai enam bulan usia bayi, sesuai anjuran ASI eksklusif yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.

Bagi satu bayi, dia memberikan 40 botol ASI untuk kebutuhan selama dua minggu. Setelah habis, dia mempersilakan kurir untuk mengambil kembali botol ASI dengan jumlah sama.

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, persentase pemberian ASI di Indonesia dalam 24 jam setelah bayi lahir dan tanpa pemberian makanan hingga umur enam bulan adalah 30,2 persen.

Inisiasi menyusu dini kurang dari satu jam setelah bayi lahir sebesar 34,5 persen. Jumlah ini terbilang rendah dibandingkan dengan target pemerintah, sebesar 80 persen, atau angka 50 persen yang dicanangkan Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef).

Dukungan

Keputusan Indar mendonorkan ASI tak lepas dari dorongan sang suami. Hal ini karena dalam satu minggu dia bisa membuang puluhan botol ASI yang rusak. Daripada mubazir dan dia tahu banyak bayi yang lebih membutuhkan, dia memutuskan untuk menerima permintaan donor ASI.

Sebelum melaksanakan niatnya, untuk menghindari pro dan kontra dari keluarga dan lingkungan sekitar, Indar berkonsultasi dengan beberapa ahli agama mengenai hukum memberikan ASI. Setelah mendapatkan ”lampu hijau” serta dukungan dari keluarga, dia mulai memberikan ASI kepada bayi- bayi lain.

”Dukungan keluarga penting sebab belum ada dalam keluarga saya yang melakukan ini (donor ASI),” ucap dia.

Dukungan juga hadir dari lingkungan kerjanya, dengan ketersediaan tiga ruang pompa ASI berukuran 2 meter x 1,5 meter. Bagi Indar, ruang tersebut memberi dia kenyamanan.

Ketika tengah bertugas ke luar kota atau luar negeri, aktivitas itu juga tetap dia lakukan, baik di hotel maupun di dalam pesawat terbang. Tak heran jika setiap pulang dinas, dia selalu membawa ”oleh-oleh” botol ASI yang terkadang harus dijadikan sebagai paket terpisah karena muatannya melebihi jumlah maksimal bagasi pesawat yang berkisar 15-20 kilogram.

”Meskipun repot karena harus membawa botol-botol itu, saya tak pernah terpikir untuk membuang ASI,” kata Indar.

Setelah nyaris setahun menjadi donor ASI, sekitar 100 bayi telah menerima dan mengonsumsi ASI Indar. Penerimanya pun tak hanya di Jakarta dan sekitarnya, tetapi ada pula yang berasal dari Bandung, Jawa Barat, dan Balikpapan, Kalimantan Timur.

Jumlah itu masih terus bertambah, tetapi mulai kini dia memperketat pemberian ASI hanya bagi bayi yang mengidap penyakit dan prematur. Ini disebabkan kebutuhan ASI kedua anaknya semakin banyak.

”Selain itu, limpahan ASI saya perlahan juga akan berkurang,” kata anak bungsu dari tiga bersaudara itu.

Penghargaan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com