Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/10/2016, 18:15 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Anda tentu tahu pepatah kuno yang mengatakan bahwa untuk masuk ke jantung seorang pria, masuklah dari perutnya. Hal ini berlaku juga dalam ilmu kesehatan.

Anda pasti juga menyadari bahwa apa yang Anda makan akan memengaruhi kesehatan jantung Anda.

Sekarang ini, melalui berbagai penelitian, para ilmuwan telah belajar lebih banyak tentang bagaimana triliunan bakteri yang tinggal jauh di dalam saluran pencernaan dapat memengaruhi risiko penyakit kardiovaskular.

Hidup kolektif dan disebut mikrobiota, di usus ada koloni mikroba yang membantu proses pencernaan, membuat vitamin tertentu, memecah racun, dan melatih sistem kekebalan tubuh Anda.

Berbagai jenis mikroba usus ini berkaitan erat dengan perkembangan kasus obesitas dan diabetes. Dua penyakit ini terkait erat dengan meningkatnya risiko penyakit jantung.

Baru-baru ini, beberapa studi telah meneliti bagaimana caranya mikroba usus berinteraksi dengan makanan yang kita makan dapat memicu peradangan yang merusak dan menyempitkan arteri.

Kerusakan arteri

Penemuan awal yang menghubungkan mikrobiota usus dengan penyakit kardiovaskular datang dari para peneliti di Klinik Cleveland.

Mereka menemukan bahwa ketika mikroba usus memakan zat kimia yang disebut kolin (ditemukan dalam telur, daging merah, dan produk susu), mikroba akan menghasilkan senyawa yang disebut TMA.

Di dalam hati, TMA diubah menjadi TMAO, yang dapat menyebabkan pengerasan arteri (aterosklerosis) pada tikus. Peneliti mengaitkan pengerasan ini dengan meningkatnya risiko penyakit jantung pada manusia.

“Dengan demikian, para ahli telah berhasil menunjukkan hubungan antara komponen makanan, metabolisme bakteri, dan metabolisme manusia dapat memiliki konsekuensi yang merugikan bagi pembuluh darah," kata ahli jantung Dr Joseph Loscalzo, pemimpin departemen kedokteran di Harvard Medical School.

Menghindari enyumbatan

Para peneliti juga menguji molekul yang dapat menghambat produksi TMA. Molekul ini mereka berikan pada tikus yang rentan terhadap aterosklerosis karena gen dan pola makan tinggi lemak mereka.

Molekul yang disebut DMB ini ada secara alami di dalam minyak zaitun dan anggur merah. Tikus yang mendapat DMB ternyata memiliki arteri yang lebih sehat daripada mereka yang tidak mendapat DMB.

Awal tahun ini, peneliti China melakukan pendekatan yang berbeda terkait dengan pencegahan pengerasan pembuluh darah pada tikus yang rawan aterosklerosis.

Mereka menemukan bahwa dengan memberikan tikus strain bakteri tertentu yang disebut Akkermansia muciniphila, mereka bisa mencegah peradangan, yang berkontribusi terhadap terjadinya penumpukan lemak di dalam arteri.

Kedua temuan ini menunjukkan bahwa mengubah mikrobiota usus dapat meminimalkan kerusakan pembuluh darah, kata Dr Loscalzo.

Microbiota manusia bersifat unik sehingga sulit untuk menentukan dengan tepat apa sebenarnya yang disebut sebagai lingkungan usus yang sehat. Namun, keberadaan bakteri yang beragam tampaknya bisa membuat pencernaan kita menjadi lebih sehat ketimbang hanya memiliki satu jenis koloni bakteri atau mikroba yang terbatas.

Orang yang memiliki pola makan nabati tradisional, seperti diet Mediterania atau beberapa kelompok masyarakat di Asia, cenderung memiliki bakteri usus yang lebih beragam dibanding orang

Amerika dan Eropa, yang pola makannya lebih berat kepada daging merah, gula, dan karbohidrat olahan lainnya, tetapi tidak banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayuran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com