Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Benarkah Hidup Sehat Butuh Motivasi?

Kompas.com - 01/01/2017, 19:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBestari Kumala Dewi

Tidak heran sayur di Indonesia dimasak hingga kita hanya bisa berharap kandungan seratnya . Tak heran pula, para ahli gizi Indonesia masih sungkan menyebut sayur dan buah adalah karbohidrat.

Padahal, jika dikonsumsi dalam bentuk lalap dan sesuai jumlah yang direkomendasikan dengan kaidah keberagaman, bukan hanya jumlah kalori bisa tercapai, tapi kaitan pengentasan Penyakit Tidak Menular dengan konsumsi sayur semakin jelas disebabkan polifenol, kandungan antioksidan yang tidak hilang akibat proses memasak.

Karena itulah, Harvard School of Public Health dan negri-negri pemakan lalap alias salads menyebut sayur dan buah adalah sumber karbohidrat yang terbaik.

Keempat – nah ini yang justru paling penting. Pemahaman adanya sabotase. Semua resolusi dan niat hancur berantakan bukan karena kita tidak punya motivator, justru dengan hadirnya sabotase. Bisa berasal dari orang lain, atau yang tersering – dari diri sendiri.

Menjalankan niat dengan istilah ‘harus begini, harus begitu’ semakin membuat sabotase tumbuh subur. Karena orang hanya menjalankan apa yang baginya penting, bukan harus.

Harus hanya menimbulkan kesengsaraan, kewajiban tak kunjung usai, melelahkan. Seakan-akan terjadi penzoliman terhadap hasrat dan nafsu.

Padahal nafsu pun perlu dipelihara baik-baik, bahkan diberi jalan keluar dan pilihan. Nafsu yang selalu dibendung tanpa pengarahan itulah yang membuat sabotase mulai muncul.

Istilah ‘cheating day’ atau ‘weekend makan bebas’ biasanya muncul dari orang-orang yang sama sekali gagal paham tentang arti sehat dan makanan enak.

Pola makan sehat tidak terinkulturasi dengan gaya hidup, akibat diet ngawur yang tidak enak selama hari kerja. Atau pembiaran liarnya iklan industri pangan sementara faedah sayur tetap saja dimengerti rakyat sebagai pelancar buang air.

Jadi, membuat niat menjadi hasil, perlu artinya untuk menata pemahaman, mencari sumber yang benar untuk tujuan-tujuan yang ingin dicapai, menyusun strategi kemenangan harian, mengenali sabotase, akhirnya menjadi jalan setapak menuju tujuan yang bisa jadi memberi bonus kejutan sepanjang jalan setapak itu. Jauh lebih penting dari sekadar motivasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com