KOMPAS.com - Tahukah Anda bahwa gangguan makan termasuk dari masalah kesehatan mental yang turut berefek pada fisik penderitanya?
Yah, gangguan makan merupakan gangguan serius terhadap perilaku makan yang dapat memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik, emosi, dan fungsi kehidupan sehari-hari seseorang.
Mereka yang mengalami gangguan makan biasanya terobsesi dengan bentuk badan dideal yang akhirnya membuat orang tersebut makan terlalu banyak ataupun makan terlalu sedikit.
Baca juga: Perjuangan Taylor Swift Mengatasi Gangguan Makan
Akibatnya, penderita ganggua makan justru bisa menjadi terlalu kurus atau bahkan terlalu gemuk.
Melansir laman Healthline, gangguan makan bisa disebabkan berbagai faktor, termasuk genetika.
Namun, gangguan makan juga bisa disebabkan oleh masalah psikologis seperti kecemasan atau cemburu yang berlebihan, impulsif, dan perfeksionisme yang terlalu tinggi.
Gangguan makan juga bisa disebabkan oleh adanya standar kecantikan yang terlalu memuja tubuh langsing sebagai bentuk tubuh ideal.
Namun, beberapa ahli juga menyebut bahwa gangguan makan bisa disebabkan oleh kelainan struktur otak, khususnya kelainan pada kadar serotonin dan dopamin di otak.
Penelitian menemukan adanya perbedaan pada jumlah serotonin (zat kimia otak) pada orang yang mengalami anoreksia dengan yang tidak.
Perbedaan ini yang diduga membuat orang yang anoreksia mampu menekan nafsu makannya secara ekstrem.
Keseimbangan hormon di dalam tubuh juga bisa memicu gangguan makan. Salah satunya pada perempuan, hormon ovarium (estrogen dan progesteron) diketahui meningkatkan risiko binge eating dan rasa emosional untuk makan.
Melansir laman SehatQ, berikut jenis-jenis gangguan makan yang kerap terjadi:
1. Binge-Eating Disorder
Gangguan ini menyebabkan penderitanya terus mengonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak dengan cepat dan tidak dapat dikendalikan, meskipun sedang tidak kelaparan atau bahkan sudah sangat kekenyangan.
Baca juga: 9 Hal Yang Harus Kamu Ketahui tentang Gangguan Makan
2. Anorexia Nervosa
Penderita anorexia selalu berpikir dirinya gemuk sehingga melakukan segara cara untuk membatasi asupan makanan yang masuk ke tubuhnya.
Akibatnya, penderita memiliki berat badan di bawah normal dan ketakutan yang berlebihan akan kenaikan berat badan.
3. Bulimia Nervosa
Penderita bulimia makan dalam jumlah yang banyak dengan cepat dan tidak dapat dikendalikan (binge).
Setelah itu, penderita melakukan kompensasi atas makanan yang telah dimakan dengan cara yang tidak sehat, seperti memuntahkan makanan, berolahraga secara berlebihan, menggunakan obat pencahar, dan sebagainya.
Berbeda dengan penderita anorexia, penderita bulimia biasanya memiliki berat badan yang normal atau bahkan sedikit kelebihan berat badan.
4. Rumination Disorder
Gangguan ini ditandai dengan mengeluarkan kembali makanan yang telah ditelan ke dalam mulut untuk dikunyah kembali, dimuntahkan keluar atau bahkan ditelan kembali.
Gangguan ini biasa dialami oleh anak-anak dan penderita keterbelakangan mental. Jika tidak segera diatasi, gangguan ini membuat penderitanya mengalami penurunan berat badan dan gizi buruk yang bisa berakibat fatal.
5. Gangguan Menghindari atau Membatasi Makanan
Gangguan ini ditandai dengan konsumsi nutrisi di bawah asupan yang diperlukan karena tidak memiliki keinginan untuk makan.
Penderita biasanya menghindari makanan dengan karakteristik tertentu, seperti warna, tekstur, rasa, atau aroma makanan. Namun, penderita gangguan ini tidak menghindari makanan karena takut berat badannya meningkat.
Baca juga: Bahaya Gangguan Makan pada Kesehatan dan Isi Dompet
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.