KOMPAS.com - Makanan bersantan kerap dianggap sebagai pembawa masalah kesehatan.
Makanan mengandung santan juga kerap diklaim sebagai penyebab obesitas karena kandungan lemak jenuh di dalamnya?
Lantas, apakah makanan bersantan benar-benar berefek buruk pada kesehatan?
Baca juga: 4 Fakta Seputar Santan, Picu Stroke hingga Pengganti Susu
Melansir Hello Sehat, santan dibuat dari daging buah kelapa yang diparut dan dihancurkan bersama dengan air.
Rasanya yang gurih dan sedikit manis membuat santan seringkali dijadikan bahan tambahan berbagai jenis hidangan atau minuman.
Sayangnya, santan kerap dikambinghitamkan sebagai penyebab berbagai penyakit yang menyerang tubuh. Tapi, benarkah demikian?
Banyak sumber mengatakan bahwa santan memiliki kandungan lemak jenuh sangat tinggi yang membuat kita lebih cepat gemuk.
Faktanya, lemak jenuh pada santan adalah trigliserida rantai-sedang, bukan trigliserida rantai-panjang.
Trigliserida rantai sedang memiliki struktur molekul yang sederhana sehingga mudah larut dalam air dan mudah berpindah dari usus kecil menuju hati.
Oleh karena itu, jenis lemak pada santan lebih cepat menghasilkan energi.
Ini artinya hanya sedikit lemak yang akan tersisa dan menumpuk di jaringan lemak dan mempercepat metabolisme tubuh yang membantu menurunkan berat badan.
Baca juga: Santan atau Susu, Mana yang Lebih Baik untuk Kesehatan?
Penelitian telah membuktikan bahwa konsumsi makanan kaya lemak jenuh menyebabkan peningkatan kolesterol risiko penyakit jantung.
Namun, sumber lemak jenuh yang berbeda dapat mempengaruhi tubuh dengan cara yang berbeda.
Genetika juga memainkan peran dalam bagaimana seseorang memetabolisme lemak jenuh dan dampaknya pada kesehatan.
Hanya sedikit penelitian yang meneliti efek santan pada kadar kolesterol.
Riset membuktikan bahwa santan tidak secara signifikan meningkatkan kadar kolesterol jahat tetapi justru meningkatkan kadar "kolesterol baik" yang melindungi jantung.
Asam yang terkandung dalam santan juga terbukti bisa membunuh tiga organisme aterogenik utama yang menyebabkan pembentukan plak pada arteri dan memicu penyakit jantung.
Kelapa mengandung lipid yang disebut asam laurat, dan banyak peneliti percaya bahwa asam laurat dapat mendukung sistem kekebalan tubuh.
Beberapa riset menunjukkan bahwa asam laurat memiliki sifat antimikroba dan anti-inflamasi.
Dalam sebuah studi tentang efek antimikroba pada asam laurat dari kelapa, para peneliti mengisolasi berbagai strain bakteri dan memaparkannya pada asam laurat dalam cawan petri.
Mereka menemukan bahwa asam laurat secara efektif menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, dan Mycobacterium tuberculosis.
Temuan menunjukkan bahwa asam ini menghambat pertumbuhan sel kanker pada payudara dan endrometrium dengan merangsang protein reseptor tertentu yang mengatur pertumbuhan sel.
Baca juga: Apakah Santan Itu Benar-benar Jahat?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.