KOMPAS.com - Jantung kita berdetak secara dinamis mengikuti ritme tubuh.
Detak jantung akan melambat saat Anda bersantai atau berbaring dalam kondisi rileks.
Sebaliknya, detak jantung cepat terjadi saat Anda gugup, stres, atau berolahraga.
Baca juga: Aritmia (Gangguan Irama Jantung): Jenis, Gejala, Penyebab
Naik turunnya angka detak jantung tersebut umumnya wajar, asalkan masih dalam rentang batas normal.
Dalam kondisi tubuh dan pikiran rileks, detak jantung nomal manusia dewasa berkisar 60-100 BPM (detak per menit).
Perubahan detak jantung tersebut bisa dipengaruhi usia, kebugaran, kondisi kesehatan, obat-obatan, bobot tubuh, sampai emosi.
Saat detak jantung dalam kondisi rileks Anda berada di batas bawah, jantung dapat memompa lebih banyak darah dan setiap kontraksi stabil.
Namun, jika detak jantung Anda di bawah 60 BPM secara konsisten disertai pusing dan sesak napas, ada baiknya Anda melakukan pemeriksaan kesehatan.
Di sisi lain, detak jantung cepat menandakan jantung bekerja ekstra keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Jika denyut nadi Anda secara konsisten berada di atas 100 BPM, ada baiknya Anda segera berkonsultasi ke dokter.
Baca juga: Hati-hati, Ini 11 Tanda Penyakit Jantung yang Kerap Diabaikan
Di samping berkonsultasi ke dokter, Anda juga perlu mencoba beberapa cara menurunkan detak jantung. Berikut cara mengatasi detak jantung cepat:
Aktivitas fisik dapat memperkuat seluruh otot tubuh, termasuk jantung.
Dengan berolahraga, Anda dapat melatih jantung untuk bekerja secara efisien. Sehingga, jantung tidak terus-menerus bekerja keras bahkan saat istirahat.
Pilih beberapa jenis olahraga yang bisa konsisten atau rutin dijalani misalkan jalan kaki, naik sepeda, atau mengambil kelas yoga.
Baca juga: Obesitas Dapat Sebabkan Penyakit Jantung, Kok Bisa?