Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Cara Memasak Santan agar Tak Jadi Berbahaya untuk Kesehatan

Kompas.com - 27/04/2020, 13:56 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Di Indonesia, santan kerap kali digunakan sebagai bahan campuran untuk membuat berbagai macam makanan ringan hingga berat.

Hasil olahan kelapa ini memang terkenal bagus untuk meningkatkan cita rasa masakan sehingga terasa lebih gurih dan “nendang”.

Santan di antaranya bisa digunakan untuk membuat makanan ringan, seperti puding, roti, dan cookies.

Di suasana bulan Ramadhan ini, santan juga bisa dijadikan bahan campuran untuk membuat es yang segar dan nikmat.

Selain itu, air perahan kelapa yang sudah dikukur ini bisa juga dibuat sebagai bahan campuran untuk memasak sayur dan lauk makanan berat.

Namun perlu diketahui, dalam memasak santan ini ternyata tak boleh dilakukan secara sembarangan karena bisa berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Baca juga: Waspadai Efek Buruk Minum Teh Saat Buka Puasa dan Sahur

Cara memasak santan yang benar

Ahli Gizi RS Indriati Solo Baru, Rista Yulianti Mataputun, S.Gz, menjelaskan santan termasuk bahan makanan sumber lemak.

Jadi jika dikonsumsi secara berlebihan, air perahan kelapa ini bukan tidak mungkin lama kelamaan bisa meningkatkan kadar lemak darah dan membuat kegemukan tentunya.

“Konsumsi santan secara berlebih tentu tidak dianjurkan,” kata Rista saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (27/4/2020).

1. Tidak dimasak lebih dari 3 menit

Dia menjelaskan santan sebenarnya masuk dalam kategori lemak baik. Santan kelapa mengandung asam lemak dan trigliserida yang mudah dibakar oleh tubuh.

Namun, cara memasak yang salah pada kenyataannya bisa bikin lemak pada santan berubah menjadi lemak jenuh.

Baca juga: 4 Ciri-ciri Kolesterol Tinggi yang Perlu Diwaspadai

Lemak jenis ini diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) di dalam tubuh, sehingga risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah dan berbagai risiko berbahaya lainnya juga meningkat berlipat ganda.

Salah satu cara memasak santan yang kerap keliru, yakni dimasak terlalu lama hingga mendidih.

Jadi, saran untuk mengolah santan yang baik adalah jangan dipanaskan terlalu lama jika untuk sayur.

“Santannya bisa dimasukkan terakhir dan jangan terlalu lama di panas. Misal, seperti masak sayur lodeh, jadi yang terakhir dimasukkan adalah santannya,” terang Rista.

Dia menganjurkan, memasak santan tidak dilakukan lebih dari 3 menit agar tidak menjadikan santan tersebut menjadi sumber lemak jenuh.

2. Tidak memanaskan makanan yang mengandung santan

Lodeh Koro Pedas khas warung Lya Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi. Pedasnya melegenda selama 30 tahunIra Rachmawati / Kompas.com / Banyuwangi Lodeh Koro Pedas khas warung Lya Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi. Pedasnya melegenda selama 30 tahun

Selain itu, Rista juga menyarankan masakan yang mengandung santan tidak dimasak atau dihangatkan berkali-kali. Pasalnya, hal itu akan membuat makanan itu menjadi sumber lemak jahat.

“Apabila masakan yang mengandung santan dimasak berkali-kali akan menimbulkan lapisan minyak. Itulah yang menyebabkan masakan menjadi berbahaya,” jelas Rista.

3. Dicampur dengan bahan lain yang berisiko timbulkan kolesterol

Terkait rumor konsumsi santan bisa memicu kolesterol tinggi, Rista menyebut, hal itu sebenarnya akibat dari pengolahan bersama bahan makanan lain yang tinggi kolesterol. Misalnya saja, telur, daging, dan terutama jeroan.

Penjelasan itu juga berlaku pada anggapan santan bisa bikin gemuk.

Dia memberi gambaran, sering mengonsumsi masakan bersantan yang dengan nasi porsi banyak jelas bisa memicu peningkatan berat badan pada seseorang. Hal itu dikarenakan, nasi mengandung karbohidrat dan gula.

“Misalnya lagi saat puasa ini makan cendol. Udah pakai santan, pakai gula merah juga. Jadi kandungan kalorinya pasti lebih banyak. Sementara, kalori berlebih pasti bikin gemuk,” jelas Rista.

Baca juga: 3 Manfaat Santan bagi Kesehatan Tubuh

Konsumsi santan saat puasa

Rista menambahkan, di bulan puasa Ramadhan, konsumsi santan sebaiknya diwaspadai oleh para penderita penyakit mag khususnya.

Menurut dia, bagi beberapa orang, makan makanan yang mengandung santan saat buka puasa atau saat perut kosong bisa memiliki efek samping membuat perih dan begah di perut.

“Santan sebenarnya enggak apa-apa dikonsumsi saat buka puasa asal bukan santan kental. Tapi, untuk penderita mag sebaiknya berhati-hati karena bisa bikin perih di perut,” jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau