KOMPAS.com – Tekanan darah adalah ukuran seberapa kuat jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh.
Tekanan darah juga bisa dimaknai sebagai tekanan aliran darah di arteri.
Tubuh manusia sebenarnya dibekali kemampuan yang hebat dalam mengatur keseimbangan tekanan darah.
Baca juga: Berapa Kadar Gula Darah Normal dalam Tubuh?
Ginjal dan jantung merupakan organ yang menjadi tulang punggung dalam mengatur tekanan darah tersebut.
Sedangkan prosesnya, dikendalikan oleh elektrolit, saraf, dan sistem endokrin yang rumit.
Maka dari itu, dibutukan kerja sama antara jantung, ginjal, dan saraf otonom yang serasi untu memelihara kestabilan tekanan darah.
Jika salah satu di antaranya tidak bekerja dengan baik, maka kestabilan tekanan darah bisa terganggu. Kondisi yang mungkin akan terjadi setelah itu, yakni muncul masalah tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Hipertesi diketahui tidak pandang bulu. Siapa saja dapat menderitanya, baik pria maupun wanita.
Melansir Buku Bebas Hipertensi Tanpa Obat (2012) oleh Lanny Lingga, PhD, tekanan darah tinggi pada umumnya dialami oleh orang dewasa.
Tapi, oleh sebab tertentu, anak-anak juga bisa mengalami hipertensi. Misalnya saja, karena kondisi bawaan terkait ketidakmampuan tubuhnya dalam menghasilkan nitrogen monoksidan.
Mereka juga bisa menderita masalah ini karena mengalami kelainan ginjal.
Secara alamiah, tekanan darah anak-anak lebih rendah ketimbang tekanan darah pada orang dewasa.
Baca juga: 3 Penyakit Komplikasi Hipertensi yang Bisa Mengancam Jiwa
Tekanan darah tersebut akan meningkat sejalan dengan pertambahan usia.
Anak usia 8-12 tahun setiap tahun bisa mengalami peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 0,44 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,90 mmHg.
Tekanan darah sistolik adalah tingkat tekanan ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sedangkan tekanan diastolik adalah tingkat tekanan saat jantung beristirahat sejenak sebelum kembali memompa lagi.
Sementara itu, remaja berusia 13-17 tahun dapat mengalami peningkatan darah sistolik sebesar 0,33 mmHg per tahun dan tekanan darah diastolik sebesar 1,81 mmHg per tahun.
Baca juga: 6 Manfaat Kumis Kucing, Obati Encok hingga Hipertensi
Tak hanya orang dewasa, para remaja ini juga berpotensi mengalami tekanan darah tinggi yang bisa dan meningkatkan risiko tekena penyakit jantung dan pembuluh darah.
Oleh sebab itu, maka kiranya penting bagi para orangtua khususnya, untuk mengetahui tekanan darah normal pada anak-anak dan remaja sebagai langkah antisipasi terjadinya hipertensi yang parah di kemudian hari.
Berikut ini tipikal tekanan darah pada anak-anak dan remaja
Hipertensi pada umumnya terjadi pada usia tertentu dan jarang atau hampir tidak pernah dialami oleh bayi yang baru lahir kecuali karena kondisi khusus yang dialami bayi “langka”.
Hipertensi pada bayi yang baru lahir dinamakan hipertensi pulmonari yang disebabkan oleh karena ketidakmampuan tubuhnya dalam menghasilkan nitrogen monoksidan (NO) atau mengidap kelainan sickle cell.
Baca juga: WHO Ingatkan Anak Muda Juga Berisiko Terkena Covid-19 yang Parah
Sementara pada anak-anak, hipertensi bisa dipicu oleh kondisi obesitas atau kegemukan.
Pada anak-anak yang mengalami obesitas, 30 persen dari mereka mengalami tekanan darah tinggi ketika beranjak dewasa.
Bagi anak-anak yang sering mengalami ketakanan darah tinggi, ketika tumbuh menjadi remaja akan menjadi penderita hipertensi.
Demikian juga dengan remaja yang cenderung mengalami tekanan darah tinggi. Saat dewasa kelak, mereka berpeluang besar menderita tekanan darah tinggi.
Risiko tersebut bakal semakin besar apabila anak-anak dan remaja tersebut memiliki garis keturnan penderita hipertensi.
Baca juga: 7 Cara Meningkatkan Imunitas Anak di Tengah Pandemi Covid-19
Selain itu, gaya hidup turut memengaruhi kecepatan mereka menjadi seorang penderita hipertensi.
Berikut ini perilaku yang bisa mempercepat anak-anak dan remaja menjadi penderita hipertensi:
Bayi yang lahir prematur ketika dewasa, dikatakan juga berisiko tinggi terhadap hipertensi.
Bayi yang lahir pada saat kehamilan berusia 33-36 minggu, memiliki risiko hipertensi sebesar 24 persen.
Sementara bayi yang lahir saat usia kehamilan berusia 29 minggu, memiliki risiko hipertensi hingga 50 persen.
Selain itu, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami hipertensi gestantional atau hipertensi yang terjadi saat masa kehamilan, ketika dewasa berisiko tinggi juga alami tekanan darah tinggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.