Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Margarin dan Mentega, Mana yang Lebih Sehat?

Kompas.com - 08/05/2020, 14:02 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Margarin dan mentega (butter) merupakan produk makanan yang sama-sama punya dampak bagi kesehatan.

Kedua bahan makanan berbeda ini jamak digunakan untuk memasak, membuat kue, sampai olesan roti.

Di antara mentega dan margarin, manakah yang lebih baik bagi kesehatan?

Baca juga: Kalori Telur Rebus, Ceplok, Orak-arik, Mana yang Paling Sehat?

Perbedaan mentega dan margarin

Melansir Medical News Today, mentega adalah produk susu yang dibuat dengan mengocok krim atau susu untuk memisahkan komponen padat dari cairan.

Sementara itu, margarin dibuat dari minyak nabati seperti minyak sawit, minyak canola, atau minyak kedelai.

Kedua bahan pembuatan yang berbeda dari margarin dan mentega itu menghasilkan komponen yang berbeda, termasuk jenis lemaknya.

Baca juga: Waspada, Diam-diam Ada Bahaya Kesehatan di Balik Kriuk-nya Kerupuk

Mana yang lebih baik?

Keputusan memilih mentega atau margarin disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan diet setiap individu.

Komunitas medis sempat memberikan label tidak sehat pada mentega. Para ahli menyebut, mentega mengandung banyak lemak jenuh yang tak baik bagi kesehatan.

Namun, bukan berarti margarin yang dibuat dari minyak nabati lebih lebih sehat.

Proses pembuatan margarin melalui proses hidrogenisasi. Proses ini bertujuan mengubah minyak cair menjadi zat padat pada suhu kamar.

Dalam proses tersebut, studi menemukan margarin jadi mengandung lemak trans.

Sehingga, mengonsumsi margarin dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam tubuh.

Baca juga: Sayur Lodeh: Kandungan Gizi dan Variasi Resep

Mana yang lebih sehat untuk jantung?

Ilustrasi. Ilustrasi.
Seperti yang sudah dibahas di atas, mentega mengandung lemak jenuh sedangkan margarin mengandung lemak trans.

American Heart Association pada 2017 menyebut, secara umum lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) di pembuluh darah.

Akan tetapi, imbas kenaikan kadar kolesterol jahat tersebut tidak signifikan menaikkan kadar lemak trans. Sehingga, kadar kolesterol baik (HDL) masih terjaga.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau