KOMPAS.com - Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi berdasarkan penyebabnya bisa dibagi menjadi dua jenis, yakni hipertensi primer dan sekunder.
Melansir Everyday Health, hipertensi primer biasanya didiagnosis setelah dokter mengamati hasil tensi pasien selama tiga kali kunjungan berturut-turut tetap tinggi, padahal sudah menghindari pemicunya.
Sedangkan hipertensi sekunder jamak disebabkan kelainan pada pembuluh darah arteri yang memasok darah ke ginjal. Kelainan ini bisa dipicu penyakit atau masalah kesehatan.
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai perbedaan hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Baca juga: 5 Cara Menurunkan Tekanan Darah Tinggi pada Ibu Hamil
Melansir Healthline, hipertensi primer atau esensial terjadi pada 90 persen penderita penyakit tekanan darah tinggi.
Hipertensi jenis ini bisa dimulai pada usia berapa pun. Kebanyakan penderita mengalaminya saat menginjak usia paruh baya.
Penyebab hipertensi primer belum diketahui secara pasti. Namun, ahli menyimpulkan, gaya hidup dan pola makan tak sehat bisa memicu hipertensi primer.
Faktor genetik atau keturunan juga dianggap berperan besar dalam menyebabkan hipertensi primer.
Baca juga: Tanda Gejala Hipertensi, Tak Selalu Sakit Kepala
Selain itu, ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan seseorang terkena hipertensi primer, di antaranya:
Kebanyakan orang tidak bisa melihat gejala awal hipertensi primer. Namun, penderita bisa mengetahuinya lewat pemeriksaan medis berkala.
Untuk mendiagnosis pasien mengalami hipertensi primer, dokter umumnya akan mengukur tekanan darah pasien dengan tensimeter.
Jika hasil pengukurannya di atas 130/80 mmHg selama beberapa kali pemeriksaan di waktu yang berbeda, dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan fisik.
Baca juga: Hati-hati, Kacang Mete Goreng Asin Tak Ramah Hipertensi
Pemeriksaan fisik meliputi pengecekan kondisi mata, detak jantung, paru-paru, dan aliran darah di leher.
Selain itu, dokter juga akan memeriksa kadar kolesterol sampai fungsi ginjal.
Jika hasil diagnosisnya merujuk pada hipertensi primer, dokter umumnya lebih dulu menyarankan perubahan gaya hidup ke arah lebih sehat.
Jika perubahan gaya hidup ke arah lebih sehat tak mempan, dokter umumnya akan meresepkan obat penurun tekanan darah.
Baca juga: Minum Obat Hipertensi Pagi atau Malam Hari, Mana yang Lebih Baik?
Melansir Cleveland Clinic, hipertensi sekunder jarang terjadi. Penyakit ini hanya diidap pada 5-10 persen penderita tekanan darah tinggi.
Terdapat kondisi atau penyakit yang bisa jadi penyebab hipertensi sekunder, di antaranya:
Baca juga: 7 Cara Mengontrol Hipertensi, Selain dengan Obat
Efek samping penggunaan obat-obatan tertentu juga bisa memicu hipertensi sekunder, di antaranya:
Sementara itu, gejala hipertensi sekunder bisa berbeda-beda, tergantung jenis kondisi dan penyakitnya. Berikut beberapa tandanya:
Baca juga: Penyebab Hipertensi dan Faktor Risikonya
Mengingat hipertensi sekunder relatif jarang dan biaya skriningnya cukup mahal, tenaga medis cukup selektif untuk melakukan pengujian.
Ada beberapa faktor untuk menentukan perlu tidaknya seseorang dengan tensi di atas 130/80 mmHg diberi rekomendasi pemeriksaan hipertensi sekunder, antara lain:
Untuk mendiagnosis hipertensi sekunder, penyedia layanan kesehatan akan melakukan pemeriksaan fisik, tes darah, USG ginjal, pemeriksaan kelenjar, dan cek tensi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.