Ditandai dengan ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih, seperti mengejan, pancaran urine lemah, tidak tuntas, dan kandung kemih terasa penuh.
5. lnkontinensia urin kontinua (continuous incontinence)
Gejalanya ditandai dengan urine keluar secara terus menerus.
Untuk beberapa kondisi, inkontinensia urine perlu segera ditangani oleh dokter untuk mencegah komplikasi atau kondisi yang memburuk.
Baca juga: 10 Penyebab Urine Keruh, Bisa Jadi Gejala Diabetes hingga Penyakit Ginjal
Anda disarankan untuk segera menghubungi dokter jika mendapati gejala inkontinensia urine berikut:
Kelima jenis inkontinensia urine di atas dapat dialami oleh siapa saja, tergantung faktor risiko yang dimiliki masing-masing orang.
Melansir Cleveland Clinic, berikut ini beberapa faktor risiko inkontinensia urine yang dapat dipahami:
1. Usia lanjut
Ketika seseorang bertambah usia, kekuatan otot-otot di kandung kemih dan uretra menurun, sehingga menyebabkan urine tidak dapat ditahan secara optimal.
Inkontinensia juga sering kali menjadi bagian dari sindrom geriatri atau sekumpulan masalah kesehatan yang terjadi pada lansia.
Baca juga: Penyebab Urine Berbusa dan Cara Mengatasinya
2. Jenis kelamin wanita
Inkontinensia urine dilaporkan lebih banyak menyerang wanita dibandingkan pria.
Pada wanita lebih sering terjadi inkontinensia tekanan yang disebabkan oleh kehamilan, proses persalinan, menopause, dan anatomi traktus urinarius wanita.
Sedangkan pada pria, lebih sering terjadi inkontinensia desakan dan luapan yang disebabkan oleh masalah prostat.
3. Berat badan berlebih