KOMPAS.com – Kejang dan epilepsi sama-sama disebabkan oleh gangguan pada saraf otak.
Tapi tetap saja, kejang bukan berarti epilepsi, melainkan konsekuensi dari adanya epilepsi atau gejalanya.
Sederhananya, epilepsi adalah suatu penyakit, sedangkan kejang hanyalah sebagai suatu gejala.
Baca juga: Alasan Tak Boleh Buru-buru Minum Obat Penurun Panas Saat Demam
Namun, jika seseorang mengalami kejang, bukan berarti penyebab utamanya pasti adalah epilepsi.
Misalnya saja, seseorang yang menderita cedera kepala mungkin saja akan mengalami beberapa kejang.
Dalam kasus ini, penderita tidak didiagnosis sebagai epilepsi dan dapat hidup dengan normal setelahnya.
Untuk memastikan penyebab kejang bukan epilepsi, penting untuk melakukan evaluasi secara keseluruhan pada mereka yang mengalami kejang.
Melansir Mayo Clinic, kejang adalah gejala klinis yang lebih banyak terjadi pada anak, baik disertai dengan demam ataupun tanpa demam.
Kejang timbul sebagai ketidaknormalan bangkitan listrik otak yang disertai perubahan fungsi otak.
Gejala kejang dapat berupa penurunan kesadaran maupun suatu konvulsi.
Baca juga: 8 Gejala Demam pada Anak yang Perlu Ditangani Dokter
Konvulsi adalah kondisi medis saat otot tubuh mengalami fluktuasi konstraksi dan peregangan dengan sangat cepat sehingga menyebabkan gerakan yang tidak terkendali.
Kejang dapat diklasifikasikan menurut gejala yang timbul dan bagian otak yang terpengaruh.
Kejang antara lain dapat terjadi akibat:
Kurangnya oksigen ke otak juga bisa menyebabkan kejang.
Sementara itu, pada beberapa kasus, penyebab kejang bisa jadi tidak diketahui.