Haryanti yakin anak-anak dengan HIV/AIDS mungkin tak akan sampai ikut menjajal rokok karena paham memiliki daya tahan tubuh lebih rentan dibanding anak-anak lainnya.
Dia lebih khawatir mereka mengalami kesulitan ketika harus menghindari asap rokok dari anak-anak lain yang bisa dengan mudah mengakses rokok di mana saja.
Padahal, paparan asap rokok dari orang lain juga bisa mencelakakan ADHA, yakni menimbulkan komplikasi penyakit.
"Kenaikan harga rokok menjadi penting dengan harapan anak-anak bisa terhindar dari rokok, apalagi Solo sudah mulai pembatasan wilayah merokok dengan adanya Perda Kawasan Tanpa Rokok (Perda No. 9 tahun 2019)," kata Haryanti.
Sementara itu, Ketua Komunitas Childhood Cancer Care (3C) Solo, Raka Bagaskara Santoso, 25, menuturkan kebiasaan merokok memang bukan satu-satunya penyebab kanker.
Tapi, merokok tetap saja bisa menjadi penyebab utama atau faktor risiko terbesar dari penyakit berbahaya ini, terutama kanker paru-paru.
3C adalah komunitas di bawah Yayasan Tunas Sehat Indonesia yang ada di Solo, khusus untuk pendampingan anak-anak pejuang kanker yang berobat di RSUD Dr. Moewardi.
Baca juga: 6 Tips Berhenti Merokok Sesuai Tipe Perokok
Jumlah anak penyintas kanker yang ditangani komunitas 3C kini ada 80 anak lebih.
Mereka bukan hanya datang dari Soloraya, tapi ada juga yang berasal dari Ngawi, Madiun, Pacitan, Ponorogo, Cilacap, Medan, Bangka Belitung, Lampung, hingga Riau.
Raka tidak mengetahui secara pasti penyebab kanker pada anak-anak yang berobat di RSUD Dr. Moewardi tersebut.
Tapi, dia prihatin berapa dari mereka teridentifikasi memiliki keluarga perokok.
Raka berpendapat kebiasaan orangtua atau saudara merokok di rumah mungkin saja bisa menjadi faktor risiko penyebab kanker pada anak atau setidaknya dapat memperburuk kondisi kanker pada anak.
"Saya tidak punya kompetensi untuk bisa menjelaskan secara pasti penyebab kanker pada anak. Tapi, sejauh yang saya pahami, paparan rokok jelas hanya akan bahayakan anak," ujar dia.
Mengingat bahaya rokok, Raka pun mengajak para generasi muda untuk senantiasa menjauhi produk tembakau ini demi kesehatan di masa depan.
"Jika tak muncul saat usia muda, kanker akibat rokok ini mungkin saja baru akan menyerang ketika dewasa," beber Raka.
Raka memahami bagi sebagian anak yang sudah terlanjur menjadi perokok aktif, mungkin akan mengalami kesulitan untuk berhenti merokok karena efek candu dari nikotin.
Pada kasus seperti ini, intervensi dari luar sangat diperlukan untuk membantu atau mendorong anak bisa berjarak dengan rokok.
Menurut dia, salah satu cara yang bisa dilakukan oleh pemangku kebijakan untuk menjauhkan anak dari rokok yakni dengan menaikkan harganya.
Kenaikan harga rokok juga berguna untuk menekan angka perokok pemula atau mencegah anak mulai merokok.
"Saya yakin, semakin mahal harga rokok, maka semakin kecil peluang anak untuk bisa merokok, tidak peduli mereka tahu rokok dari orangtua, teman, atau iklam," tutur Raka.
Baca juga: Dokter: Rokok Dapat Tingkatkan Risiko Infeksi Virus Corona
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.