Uang yang biasanya dipakai membeli rokok dapat digunakan untuk keperluan lain yang lebih penting dan tidak membahayakan kesehatan.
Selain itu, karena merasa lebih sehat setelah berhenti merokok, produktifitas masyarakat diharapkan bisa semakin meningkat.
Baca juga: Benarkah Rokok Elektrik Tak Berbahaya bagi Perokok Pasif?
Ketua Yayasan Tittari Solo yang bergerak dalam kerja pendampingan dan pelayanan kepada orang dengan lupus (Odapus) di Soloraya, Winjani Prita Dewi, 30, mengingatkan bahwa aktivitas merokok bukan hanya dapat merugikan diri sendiri, tapi juga orang lain.
Dia menyaksikan sendiri dan kerap juga menerima keluhan dari teman-teman odapus lain bahwa masih ada banyak perokok yang kurang peduli terhadap lingkungan di sekitarnya.
Mereka merokok secara sembarangan di tempat-tempat umum yang jelas bisa menimbulkan ketidaknyamanan dan merugikan kesehatan orang lain.
"Kami yang sakit sering kali harus mengalah menyingkir. Karena untuk rokok sendiri, bisa memengaruhi kondisi penyintas lupus, terutama anak-anak," jelas dia.
Prita menuturkan sebetulnya tidak ada efek pasti dari rokok terharap odapus. Artinya, dampak paparan asap rokok pada masing-masing penyintas lupus bisa berbeda. Tapi, semua efeknya mengarah pada kerugian.
Bagi odapus yang sensitif terhadap asap rokok, biasanya akan mengalami keluhan berupa sakit kepala, sesak napas, mata pedih, dan mual ketika terpapar zat tersebut.
Sementara, bagi odapus yang tidak terlalu sensitif terhadap asap rokok, akan mengeluh gatal pada hidung dan rasa tidak nyaman karena baunya.
Ada pula odapus yang tidak merasakan efek langsung apapun terhadap rokok.
"Akan tetapi, efek jangka panjang sebagai perokok pasif juga bisa mengancam nyawa, terlebih bagi odapus," jelas dia.
Melihat ancaman rokok terhadap odapus, Prita sangat berharap adanya kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk tidak merokok sembarangan.
Baca juga: Dokter: Rokok Elektrik Bisa Lebih Berbahaya Ketimbang Rokok Tembakau
Perilaku merokok sembarangan oleh orang dewasa juga bisa dicontoh oleh anak-anak. Hal ini jelas membahayakan generasi muda.
Aktivitas merokok pada anak-anak secara khusus bahkan dapat mengancam keselamatan penyintas lupus anak sebagai teman sebayanya.
Padahal, penyintas lupus anak cenderung lebih sensitif terhadap paparan luar ketimbang odapus dewasa karena masih panjang pengobatannya.
Karena bergerak di komunitas lupus, Prita sangat mendukung sekali adanya kebijakan kenaikan harga rokok secara signifikan untuk semakin membatasi akses anak bisa mendapatkan produk tembakau ini.
"Anak-anak harus dilindungi dari paparan rokok, apa pun kondisinya," ujar Prita.
Pengurus Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Solo, Haryanti, juga mendukung upaya pembatasan akses anak terhadap rokok, salah satunya dengan menaikkan harga rokok melalui mekanisme cukai.
Hal ini penting mengingat rokok bisa membahayakan kesehatan sang anak.
Tak hanya itu, rokok juga dapat mengancam kesehatan anak-anak lain yang berada di sekitar perokok anak itu, termasuk anak dengan HIV/AIDS (ADHA).
Seperti diketahui, banyak ADHA pada dasarnya masih bisa mempunyai kehidupan normal selayaknya anak-anak pada umumnya.
Mereka masih dapat bersekolah di sekolah umum dan berteman dengan anak-anak lainnya.