Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Penyebab Nyeri Dada pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 17/02/2021, 20:09 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Asma sangat mungkin menjadi penyebab nyeri dada pada anak Anda.

Gejala asma selain nyeri dada, antara lain yakni sesak napas, mengi, dan batuk.

Asma harus diobati dengan obat pencegahan dan penyelamatan.

Baca juga: 4 Penyebab Asma yang Perlu Diwaspadai

Anak Anda juga harus menghindari lingkungan dan zat yang memicu asma.

  • Infeksi saluran pernafasan

Nyeri dada anak Anda bisa juga terjadi terkait dengan infeksi yang menetap di sistem pernapasan. Ini bisa termasuk bronkitis menular dan pneumonia.

Dengan kondisi ini, anak Anda mungkin mengalami demam, energi rendah, batuk, dan gejala lain.

  • Emboli paru

Emboli paru terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di arteri paru-paru dan menghalangi aliran darah normal.

Anak Anda mungkin lebih rentan terhadap kondisi ini jika mereka tidak dapat bergerak selama jangka waktu tertentu, jika mereka menderita kanker atau diabetes mellitus, atau jika ada riwayat keluarga dengan kondisi tersebut.

Dengan kondisi ini, anak-anak mungkin akan menunjukkan sejumlah gejala selain nyeri dada, seperti sesak napas atau bernapas dengan cepat, memiliki warna biru pada jari tangan dan bibir, dan batuk darah. Kondisi ini membutuhkan perawatan medis.

Baca juga: 3 Penyebab Paru-paru Basah yang Perlu Diwaspadai

3. Kondisi yang memengaruhi tulang atau otot di dada

Nyeri dada anak Anda juga bisa disebabkan oleh suatu kondisi yang berhubungan dengan tulang atau otot di dada.

Sering kali, rasa sakit dari kondisi ini dapat diidentifikasi di tempat tertentu dan dapat terjadi dengan gerakan berulang.

Apa saja yang bisa terjadi:

  • Memar

Nyeri dada anak Anda bisa disebabkan oleh trauma.

Mereka mungkin mengalami luka memar di bawah kulit yang disebabkan oleh kecelakaan seperti benturan atau terjatuh.

Memar bisa sembuh dengan sendirinya dengan waktu dan aplikasi es beberapa kali sehari.

Obat pereda nyeri juga dapat membantu anak Anda.

Baca juga: 9 Komplikasi Penyakit Jantung Bawaan yang Perlu Diwaspadai

  • Ketegangan otot

Anak Anda yang aktif mungkin mengalami ketegangan otot, yang menyebabkan nyeri dada.

Kondisi ini dapat terjadi jika anak Anda mengangkat beban atau berolahraga.

Nyeri bisa terjadi di area tertentu di dada dan terasa menyakitkan. Mungkin juga disertai dengan bengkak atau merah.

  • Kostokondritis (peradangan di tulang rawan)

Kostokondritis dapat terjadi di setengah bagian atas tulang rusuk, di daerah tulang rawan yang menghubungkan tulang rusuk ke tulang dada. Ini adalah lokasi sendi costochondral.

Anak Anda mungkin mengalami nyeri tajam pada persendian ini, dua atau lebih persendian yang berdekatan, yang bertambah parah dengan menarik napas dalam atau saat area yang terkena disentuh.

Kondisi ini terjadi karena peradangan, tetapi tidak ada rasa hangat atau bengkak yang terlihat di area yang terkena saat pemeriksaan.

Nyeri bisa berlangsung beberapa detik atau lebih lama. Kondisi ini biasanya akan hilang seiring waktu.

Baca juga: 10 Makanan yang Mengandung Vitamin D Tinggi

  • Sindrom Tietze

Sindrom Tietze juga merupakan akibat dari peradangan pada persendian tulang rusuk bagian atas.

Biasanya sindrom Tietze terjadi pada satu sendi, dan peradangan menyebabkan rasa hangat dan bengkak yang terlihat pada sendi yang terkena.

Anak Anda mungkin mengira nyeri dada akibat kondisi ini adalah serangan jantung. Kondisi ini bisa berkembang karena batuk parah atau aktivitas fisik yang membebani dada.

  • Slipping rib syndrome

Slipping rib syndrome atau dikenal dengan sindrom nyeri iga bawah tidak sering terjadi pada anak-anak, tetapi tetap saja dapat menjadi sumber nyeri dada pada mereka.

Nyeri akibat slipping rib syndrome akan terjadi di bagian bawah tulang rusuk, dan mungkin terasa nyeri lalu nyeri setelah nyeri tumpul.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com