Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Efek Pneumonia pada Tubuh yang Layak Diantisipasi

Kompas.com - 25/02/2021, 10:07 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Nama penyakit pneumonia rasanya semakin terdengar saat pandemi Covid-19.

Hal itu terjadi karena pneumonia merupakan salah satu komplikasi serius dari virus corona.

Pneumonia adalah infeksi pada salah satu atau kedua paru-paru.

Baca juga: 8 Gejala Pneumonia yang Perlu Diwaspadai

Bakteri dan virus adalah penyebab paling umum dari pneumonia.

Jamur juga dapat menyebabkan pneumonia, tapi jarang terjadi.

Infeksi menyebabkan peradangan pada kantung udara paru-paru. Hal ini menyebabkan penumpukan cairan yang membuat penderita sulit bernapas.

Pneumonia bisa menjadi keadaan darurat medis, terutama di antara kelompok berisiko tinggi seperti orang berusia di atas 65 tahun dan anak-anak berusia 5 tahun ke bawah.

Pneumonia biasanya memengaruhi paru-paru. Namun, komplikasi juga dapat menyebabkan masalah di area lain di tubuh. Kondisi ini pun bisa sangat serius dan bahkan mematikan.

Risiko, perawatan, dan waktu pemulihan pneumonia akan bergantung pada apa yang menyebabkan infeksi, usia, dan masalah kesehatan lainnya yang dialami penderita sebelum terkena pneumonia.

Untuk mengenal lebih jauh penyakit ini, berikut ini adalah beberapa efek pneumonia pada tubuh yang bisa terjadi:

1. Sistem pernapasan

Bakteri atau virus penyebab pneumonia masuk ke dalam tubuh melalui saluran napas.

Begitu infeksi terjadi di paru-paru, peradangan menyebabkan kantung udara yang disebut alveoli, terisi dengan cairan atau nanah.

Baca juga: 6 Komplikasi Pneumonia yang Perlu Diwaspadai

Hal ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas, batuk, dan mengeluarkan lendir berwarna kuning atau cokelat.

Pernapasan mungkin terasa lebih sulit atau dangkal.

Penderita mungkin akan mengalami nyeri dada saat menarik napas dalam-dalam.

Penumpukan cairan di dalam dan sekitar paru-paru menyebabkan lebih banyak komplikasi.

Cairan yang terkumpul di satu area disebut abses.

Jika abses tidak hilang dengan pengobatan antibiotik, mungkin perlu diangkat melalui pembedahan.

Cairan yang terbentuk di antara penutup paru-paru dan lapisan dalam dinding dada disebut efusi pleura.

Baca juga: 3 Penyebab Paru-paru Basah yang Perlu Diwaspadai

Efusi pleura yang terinfeksi perlu dikeringkan. Kateter interkostal (chest tube) biasanya digunakan untuk melakukan tindakan tersebut.

Jika infeksi dan penumpukan cairan menjadi cukup parah, hal itu dapat menghentikan fungsi paru-paru.

Ketika paru-paru tidak dapat menambahkan oksigen ke darah dan mengeluarkan karbon dioksida pada tingkat yang benar, kegagalan pernafasan dapat terjadi.

Tanda-tanda gagal napas yang dapat terjadi, seperi:

  • Napas cepat
  • Merasa seperti tidak bisa menghirup cukup udara
  • Kebingungan
  • Merasa mengantuk
  • Bibir atau kuku menjadi warna kebiruan

Cari pertolongan dokter segera jika Anda mengalami gejala gagal napas. Kondisi ini dapat diobati dengan terapi oksigen atau dengan menggunakan ventilator, yaitu mesin yang mendukung pernapasan.

2. Sistem sirkulasi

Salah satu tanda awal pneumonia yang disebabkan oleh bakteri adalah detak jantung yang cepat. Ini mungkin terkait dengan demam tinggi.

Baca juga: Berapa Tekanan Darah Normal pada Orang Dewasa?

Infeksi pneumonia dapat menyebar dari paru-paru ke aliran darah. Hal ini adalah komplikasi yang serius.

Penyebaran infeksi dapat mencapai organ utama lainnya dan mengakibatkan kerusakan organ atau bahkan kematian.

Penyebaran bakteri melalui darah disebut bakteremia. Akibat yang berpotensi mematikan ini disebut syok septik.

Syok septik dapat menyebabkan tekanan darah sangat rendah dan aliran darah yang berkurang ke organ utama tubuh.

Ketika tidak mendapatkan cukup darah dan oksigen, organ menjadi rusak dan pada akhirnya mati (gagal organ).

Paru-paru bertanggung jawab untuk menambahkan oksigen ke darah dan membuang kelebihan karbon dioksida.

Baca juga: 4 Jenis Syok yang Bisa Sebabkan Kematian

Jika paru-paru tidak dapat melakukan ini, organ utama lainnya bisa mendapatkan terlalu banyak karbon dioksida dan tidak cukup oksigen.

Jika tidak ditangani, kondisi tersebut juga dapat menyebabkan kerusakan dan kegagalan organ.

Ada juga beberapa bukti bahwa menderita pneumonia membuat seseorang berisiko lebih tinggi mengalami serangan jantung.

Risiko ini berlaku selama masa pemulihan dan dapat tetap lebih tinggi dari biasanya bahkan bertahun-tahun setelah infeksi.

3. Sistem kekebalan

Sistem kekebalan tubuh membantu melawan bakteri dan virus berbahaya.

Seseorang dengan sistem kekebalan tubuh normal dan sehat biasanya dapat pulih dari pneumonia setelah pengobatan dengan antibiotik dan istirahat.

Orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah karena kondisi lain, seperti HIV atau kanker yang menjalani kemoterapi, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan pneumonia dan mengalami komplikasi.

Baca juga: 10 Cara Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

4. Sistem otot

Saat tubuh mencoba melawan infeksi, kelemahan atau nyeri otot juga dapat terjadi. Kondisi ini lebih sering terjadi pada pneumonia yang disebabkan oleh virus.

Jika pneumonia menyebabkan demam, menggigil bisa menjadi gejala demam.

Menggigil terjadi saat otot mengembang dan berkontraksi.

5. Sistem saluran kencing

Jika tidak ditangani, infeksi saluran kemih dapat menyebar dan menyebabkan pneumonia. Namun, ini tidak biasa.

Infeksi juga bisa dibawa dari paru-paru melalui aliran darah dan masuk ke saluran kemih.

Dua jenis bakteri penyebab pneumonia, Streptococcus pneumoniae dan Legionella pneumophila, juga dapat ditemukan dalam urine.

Dokter dapat menggunakan tes urine untuk memastikan pneumonia dan menentukan pilihan pengobatan.

Baca juga: 3 Penyebab Paru-paru Basah yang Perlu Diwaspadai

6. Sistem pencernaan

Dalam beberapa kasus, seperti pneumonia yang disebabkan oleh virus flu, mual dan muntah adalah efek samping yang umum terjadi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau