Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/04/2021, 06:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Bagi mereka yang ingin memiliki tato temporer, memakai henna bisa menjadi alternatid cara.

Terkadang, henna juga digunakan untuk menghias tangan para wanita di hari pernikahannya.

Namun, tahukah Anda bahwa memakai henna ternyata juga bisa membahayakan kesehatan?

Henna telah digunakan banyak orang di berbagai negara. Biasanya, henna memiliki warna coklat atau oranye-coklat.

Henna dibuat dari daun pacar yang dikeringkan dan digiling, lalu diolah menjadi pasta.

Menggambar tato dengan henna biasanya akan bertahan sekitar dua minggu.

Baca juga: Berapa Lama Makanan Dicerna dalam Tubuh?

Butuh waktu beberapa jam agar warna hena bisa menyerap kulit. Sayangnya, henna juga bisa memicu reaksi alergi.

Sebab, beberapa produk henna seringkali ditambahkan dengan bahan kimia seperti p-phenylenediamine (PPD).

Efek samping henna

 

Menurut ahli dermatologi dari Cleveland Clinic, tidak semua henna bisa memicu masalah.

"Hena yang bisa menyebabkan reaksi alergi biasanya adalah henna yang mengandung bahan kimia tambahan agar membuat warnanya lebih gelap atau bisa menyerap ke kulit lebih cepat," ucap ahli dermatologi Christine Poblete-Lopez.

P-phenylenediamine (PPD) yang sering ditambahkan pada henna adalah alergen umum yang ditemukan pada pewarna rambut.

PPD dapat menyebabkan reaksi kulit yang berbahaya pada beberapa orang, seperti jaringan parut permanen hingga menyebabkan kematian.

Bahan tersebut bisa memicu efek serius seperti berikut:

  • Kemerahan.
  • Lepuh.
  • Meningkatnya lesi tangis merah.
  • Kehilangan pigmentasi.
  • Kulit menjadi lebih peka terhadap matahari.

Secara hukum, PPD tidak diperbolehkan dalam kosmetik yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.

Jika memang Anda ingin menggunakan henna, pastikan untuk memeriksa kompisisinya terlebih dahulu.

Baca juga: 8 Cara Mengobati Penyakit Jantung Aritmia

Jika campuran henna berbau seperti bahan kimia atau gas, lebih baik jangan menggunakannya.

Sebab, hal tersebut menandakan adanya tambahan bahan kimia berbahaya.

“Jika Anda mengalami reaksi alergi, temui profesional perawatan kesehatan sesegera mungkin,” kata Poblete-Lopez.

Dokter biasanya akan memberikan steroid topikal untuk mengatasi alergi yang Anda alami.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau