Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisa Dialami Siapa Saja, Apa Gejala dan Penyebab Hiperseksualitas?

Kompas.com - 01/06/2021, 21:01 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Seks sebenarnya adalah aktivitas normal bagi orang yang sudah memiliki pasangan dan cukup umur.

Namun, apa jadinya jika aktivitas seks ini dilakukan berlebihan?

Seseorang bisa dikatakan mengalami hiperseksualitas jika melakukan atau memikirkan tentang seks secara berlebihan.

Orang yang mengalami hiperseksual bisa saja terlibat dalam aktivitas seperti pornografi, masturbasi, dan seks dengan banyak pasangan.

Hal ini bisa mengakibatkan orang tersebut merasa tertekan di berbagai bidang kehidupan termasuk pekerjaan dan hubungan.

Baca juga: Apa Penyebab Mimpi Basah?

Gejala

Seseorang bisa dikatakan mengalami hiperseksualitasjika secara konsisten mengalami hal berikut:

  • Anda memiliki fantasi, dorongan, dan perilaku seksual yang berulang dan intens serta di luar kendali Anda.
  • Anda merasa terdorong untuk melakukan perilaku seksual tertentu, merasakan pelepasan ketegangan sesudahnya, tetapi juga merasa bersalah atau menyesal.
  • Anda tidak berhasil mengurangi atau mengontrol fantasi, dorongan, atau perilaku seksual Anda.
  • Anda menggunakan perilaku seksual kompulsif sebagai pelarian dari masalah lain, seperti kesepian, depresi, kecemasan atau stres.
  • Anda terus melakukan perilaku seksual yang memiliki konsekuensi serius.
  • Anda kesulitan membangun dan memelihara hubungan yang sehat dan stabil.

Penyebab

Menurut Mayo Clini, belum bisa dipastikan apa yang memicu hiperseksual. Namun, beberapa hal memang bisa menjadi penyebabnya.

Berikut hal yang bisa memicu perilaku hiperseksual:

1. Ketidakseimbangan bahan kimia otak alami

Bahan kimia tertentu di otak (neurotransmiter) seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin membantu mengatur suasana hati.

Ketidak seimbangan bahan kimia yang terllau tinggi juga bisa memicu perilaku seksual kompulsif.

2. Perubahan jalur otak

Perilaku seksual kompulsif mungkin merupakan kecanduan yang, seiring waktu, dapat menyebabkan perubahan sirkuit saraf otak, terutama di pusat penguatan otak.

Seperti kecanduan lainnya, rangsangan dan konten seksual yang lebih intensif biasanya membutuhkan banyak waktu untuk mendapatkan kepuasan atau kelegaan.

Baca juga: Jangan Anggap Sepele, Stres Pada Anak Bisa Berakibat Fatal

3. Kondisi yang mempengaruhi otak

Penyakit atau masalah kesehatan tertentu, seperti epilepsi dan demensia, dapat menyebabkan kerusakan pada bagian otak yang memengaruhi perilaku seksual.

Selain itu, pengobatan penyakit Parkinson dengan beberapa obat agonis dopamin dapat menyebabkan perilaku seksual kompulsif.

Hiperseksual bisa terjadi pada siapa saja, bahkan pada anak-anak sekalipun. Biasanya, hal ini juga didorong oleh mudahnya akses ke konten seksual.

Kemajuan teknologi dan media sosial memungkinkan akses ke citra dan informasi seksual yang semakin intensif.

Selain itu, konflik keluarga atau anggota keluarga dengan masalah seperti kecanduan dan adanya wiwayat pelecehan juga bisa memicu kondisi hiperseks.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau