Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Teror Malam: Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Kompas.com - 21/07/2021, 19:30 WIB
Galih Pangestu Jati

Penulis

Penyebab teror malam

Sejumlah faktor dapat berkontribusi pada teror malam, yakni sebagai berikut.

  • demam, terutama pada anak-anak
  • stres
  • kurang tidur
  • cahaya atau kebisingan
  • kandung kemih yang terlalu penuh
  • menghabiskan malam di tempat yang asing
  • faktor genetik
  • sakit kepala migrain
  • stres fisik atau emosional
  • penggunaan atau penyalahgunaan beberapa obat atau alkohol

Pada tahun 2014, sebuah penelitian terhadap hampir 7.000 anak berusia 8 hingga 10 tahun, dengan tindak lanjut sekitar usia 13 tahun, menunjukkan bahwa mereka yang di-bully mengalami teror malam.

Selain itu, teror malam sering dikaitkan dengan kondisi mendasar lainnya, seperti masalah pernapasan saat tidur, misalnya, sleep apnea, migrain, cedera kepala, sindrom kaki gelisah, dan obat-obatan tertentu.

Baca juga: 7 Cara Sleep Apnea Membahayakan Kesehatan

Sebuah penelitian yang menilai 661 orang dengan penyakit Parkinson berusia 43-89 tahun, melaporkan bahwa 3,9 persen mengalami teror malam.

Selain itu, 17,2 persen mengalami mimpi buruk dan 1,8 persen mengalami tidur sambil berjalan.

Penanganan teror malam

Obat biasanya tidak diperlukan untuk teror malam.

Meskipun teror malam tampak menyusahkan bagi anak-anak, bahaya permanen tidak mungkin terjadi dan biasanya berlalu tanpa intervensi medis.

Memegang tangan anak dan berbicara dengan tenang dapat membantu mempersingkat episode.

Perawatan biasanya diperlukan hanya jika episode memiliki efek negatif yang signifikan pada keselamatan orang atau keluarga mereka, atau jika mengganggu aktivitas anak sehari-hari.

Baca juga: 2 Penyebab Sleep Apnea, Gangguan Tidur yang Bisa Picu Serangan Jantung

Jika perawatan diperlukan, tiga jenis intervensi dimungkinkan.

  • Mengobati kondisi yang mendasarinya, seperti sleep apnea atau masalah kesehatan mental.
  • Memperbaiki kondisi tidur dengan mengubah kebiasaan tidur atau lingkungan tidur.
  • Obat-obatan, seperti benzodiazepin dan serotonin re-uptake inhibitor (SSRI) mungkin membantu dalam beberapa kasus.
  • Mengatasi stres, misalnya melalui terapi atau konseling.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau