Perbedaan ini kemungkinan besar disebabkan oleh fase tidur ketika teror malam terjadi.
Mimpi buruk cenderung terjadi selama tidur gerakan mata cepat (REM), menjelang akhir tidur malam.
Baca juga: 7 Gejala Sleep Apnea pada Anak yang Perlu Diwaspadai
Sebaliknya, teror malam terjadi selama sepertiga pertama malam selama tidur lebih dalam, juga dikenal sebagai tidur gelombang lambat atau tidur non-REM.
Gejala teror malam yang muncul adalah sebagai berikut.
berteriak
Jika orang tersebut mengingat mimpinya, itu mungkin akan melibatkan sesuatu yang sangat menakutkan bagi mereka.
Sejumlah faktor dapat berkontribusi pada teror malam, yakni sebagai berikut.
Pada tahun 2014, sebuah penelitian terhadap hampir 7.000 anak berusia 8 hingga 10 tahun, dengan tindak lanjut sekitar usia 13 tahun, menunjukkan bahwa mereka yang di-bully mengalami teror malam.
Selain itu, teror malam sering dikaitkan dengan kondisi mendasar lainnya, seperti masalah pernapasan saat tidur, misalnya, sleep apnea, migrain, cedera kepala, sindrom kaki gelisah, dan obat-obatan tertentu.
Baca juga: 7 Cara Sleep Apnea Membahayakan Kesehatan
Sebuah penelitian yang menilai 661 orang dengan penyakit Parkinson berusia 43-89 tahun, melaporkan bahwa 3,9 persen mengalami teror malam.
Selain itu, 17,2 persen mengalami mimpi buruk dan 1,8 persen mengalami tidur sambil berjalan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.