Sejumlah faktor dapat berkontribusi pada teror malam, yakni sebagai berikut.
Pada tahun 2014, sebuah penelitian terhadap hampir 7.000 anak berusia 8 hingga 10 tahun, dengan tindak lanjut sekitar usia 13 tahun, menunjukkan bahwa mereka yang di-bully mengalami teror malam.
Selain itu, teror malam sering dikaitkan dengan kondisi mendasar lainnya, seperti masalah pernapasan saat tidur, misalnya, sleep apnea, migrain, cedera kepala, sindrom kaki gelisah, dan obat-obatan tertentu.
Baca juga: 7 Cara Sleep Apnea Membahayakan Kesehatan
Sebuah penelitian yang menilai 661 orang dengan penyakit Parkinson berusia 43-89 tahun, melaporkan bahwa 3,9 persen mengalami teror malam.
Selain itu, 17,2 persen mengalami mimpi buruk dan 1,8 persen mengalami tidur sambil berjalan.
Obat biasanya tidak diperlukan untuk teror malam.
Meskipun teror malam tampak menyusahkan bagi anak-anak, bahaya permanen tidak mungkin terjadi dan biasanya berlalu tanpa intervensi medis.
Memegang tangan anak dan berbicara dengan tenang dapat membantu mempersingkat episode.
Perawatan biasanya diperlukan hanya jika episode memiliki efek negatif yang signifikan pada keselamatan orang atau keluarga mereka, atau jika mengganggu aktivitas anak sehari-hari.
Baca juga: 2 Penyebab Sleep Apnea, Gangguan Tidur yang Bisa Picu Serangan Jantung
Jika perawatan diperlukan, tiga jenis intervensi dimungkinkan.