Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

17 Kebiasaan Buruk yang Bisa Merusak Jantung

Kompas.com - 27/09/2021, 17:04 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Setiap orang memang pada dasarnya membutuhkan waktu sendiri.

Tetapi, Anda sebaiknya tetap harus menjangkau orang lain dan tetap berhubungan kapan pun Anda bisa.

Orang-orang dengan hubungan yang lebih kuat dengan keluarga, teman, dan masyarakat pada umumnya cenderung hidup lebih lama dan lebih sehat.

6. Olahraga berlebihan

Olahraga rutin dengan intensitas tinggi bisa berbahaya bagi tubuh karena meningkatkan risiko terkena kardiotoksisitas.

kardiotoksisitas adalah kondisi ketika terjadi kerusakan pada otot jantung akibat pelepasan senyawa kimia yang menyebabkan jantung tidak lagi dapat memompa darah ke seluruh tubuh.

Di samping itu, olahraga berlebihan juga bisa menyebabkan aritmia atau gangguan irama jantung.

Baca juga: 6 Olahraga yang Bisa Dilakukan di Rumah Saat Musim Hujan

“Saya melihat begitu banyak orang berusia 40-an dan 50-an melakukan olahraga dengan intensitas tinggi, melukai diri sendiri,” kata Judith S. Hochman, MD, direktur Pusat Penelitian Klinis Kardiovaskular di NYU Langone Medical Center.

Dia menyarankan, ketika melakukan olahraga, siapa saja sebaiknya berlaku bijaksana dengan memahami kemampuan tubuh masing-masing.

7. Konsumsi alkohol berlebihan

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi alkohol terlalu banyak bisa membahayakan kesehatan.

Konsumsi alkohol secara berlebihan di antaranya telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi (hipertensi), kadar lemak darah tinggi, dan gagal jantung.

Selain itu, kalori ekstra dari alkohol dapat menyebabkan penambahan berat badan, ancaman bagi kesehatan jantung.

8. Makan berlebiban

Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko utama penyakit jantung.

Ketika Anda memiliki kondisi ini, cobalah untuk makan lebih sedikit, hindari porsi yang terlalu besar, dan ganti minuman manis dengan air putih.

Baca juga: 13 Makanan yang Mengandung Karbohidrat Tinggi tapi Menyehatkan

Dr. Reynolds dan Dr. Hochman juga menyarankan untuk mengurangi ukuran porsi untuk karbohidrat berkalori tinggi (pikirkan pasta dan roti olahan) dan perhatikan makanan berlabel “rendah lemak” yang seringkali tinggi kalori.

9. Berasumsi tidak memiliki risiko terkena penyakit kardiovaskular

Penyakit kardiovaskular, termasuk stroke, penyakit jantung, dan gagal jantung mengambil lebih banyak nyawa di sejumlah negara daripada penyakit lainnya, termasuk kanker.

"Jadi, jangan berasumsi bahwa Anda tidak berisiko terkena masalah eksehatan ini," saran Dr. Ostfeld.

Hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, kelebihan berat badan, dan merokok adalah semua faktor risiko yang harus diperhatikan.

Baca juga: 4 Penyebab Nyeri Dada Selain Penyakit Jantung

10. Sering konsumsi daging merah

Demi kesehatan, yang terbaik sekarang adalah menganggap daging merah sebagai menu makanan sesekali daripada makanan sehari-hari.

Pasalnya, daging merah kaya akan lemak jenuh, dan ada juga bukti bahwa daging olahan, seperti bacon dan hot dog dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan kanker kolorektal.

Sebagai ukuran, idealnya Anda tidak boleh mengonsumsi makanan hewani atau produk hewani lebih dari dari 10 persen makanan Anda.

“Orang-orang harus tahu bahwa jika Anda ingin steak beberapa kali sebulan, tidak apa-apa. Yang jadi masalah jika Anda rutin makan steak tiga kali sehari,” kata Dr. Hochman.

11. Jarang periksa kesehatan

Jarang periksa kesehatan membuat Anda tidak tahu berapa sebenarnya tekanan darah Anda, kadar gula darah Anda, dan kadar kolesterol darah Anda. Kondisi ini tentu bisa merugikan Anda.

Jika tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah meningkat, Anda berisiko terkena silent killer seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

Jadi, sebaiknya periksakan diri Anda secara berkala ke dokter sehingga Anda bisa memastikan kondisi kesehatan Anda.

Baca juga: 8 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Tak Disadari

"Ingatlah bahwa hanya karena Anda tidak memiliki tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan gula darah tinggi pada usia 24, bukan berarti Anda tidak memilikinya pada usia 54," kata Dr. Ostfeld.

12. Menghentikan atau melewatkan obat

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com