Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Faktor Risiko Penyakit Radang Usus yang Tidak Boleh Disepelekan

Kompas.com - 30/10/2021, 06:00 WIB
Galih Pangestu Jati

Penulis

KOMPAS.com - Penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan sekelompok gangguan usus yang menyebabkan peradangan saluran pencernaan yang berkepanjangan.

Saluran pencernaan terdiri dari:

  • mulut
  • kerongkongan
  • perut
  • usus halus
  • usus besar

Saluran pencernaan pada dasarnya bertanggung jawab untuk memecah makanan, mengekstrak nutrisi, dan membuang bahan dan produk limbah yang tidak dapat digunakan.

Peradangan di mana saja di sepanjang saluran pencernaan mengganggu proses normal ini.

IBD bisa sangat menyakitkan dan mengganggu, bahkan dalam kasus tertentu bisa mengancam nyawa.

The Crohn's & Colitis Foundation of America (CCFA) memperkirakan bahwa sekitar 1,6 juta orang di Amerika Serikat menderita IBD.

Banyak penyakit termasuk dalam istilah umum IBD. Dua yang paling umum adalah kolitis ulserativa (UC) dan penyakit Crohn.

Baca juga: 7 Gejala Kanker Usus Stadium 1

UC melibatkan peradangan usus besar.

Penyakit Crohn dapat menyebabkan peradangan di bagian mana pun dari saluran pencernaan. Namun, sebagian besar mempengaruhi ujung ekor usus kecil.

Melansir dari Medical News Today, beberapa faktor dapat berkontribusi pada perkembangan IBD.

Misalnya, ini dapat terjadi karena sistem kekebalan memiliki respons yang tidak teratur terhadap bakteri, virus, atau partikel makanan.

Hal ini dapat memicu reaksi peradangan di usus.

Riset juga menghubungkan Escherichia coli dengan penyakit Crohn.

Meskipun saat ini tidak ada penyebab tunggal IBD yang dikonfirmasi, ada beberapa faktor potensial yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan setiap kondisi dalam IBD.

Berikut ini faktor risiko penyakit radang usus, seperti dilansir dari Healthline.

1. Riwayat keluarga dan genetika

Orang yang memiliki orang tua, saudara kandung, atau anak dengan IBD berada pada risiko yang jauh lebih tinggi untuk memiliki kondisi ini.

Oleh karena itu, para ilmuwan pun melihat faktor genetika sebagai salah satu faktor risiko radang usus.

2. Sistem kekebalan tubuh

Sistem kekebalan juga dapat berperan dalam kondisi ini.

Sistem kekebalan biasanya mempertahankan tubuh dari patogen, yang merupakan organisme penyebab penyakit dan infeksi.

Infeksi bakteri atau virus pada saluran pencernaan dapat memicu respons imun.

Saluran pencernaan menjadi meradang saat tubuh mencoba untuk membuat respons imun untuk melawan bakteri atau virus.

Dalam respons imun yang sehat, peradangan hilang ketika infeksi hilang.

Namun, pada orang dengan IBD, peradangan saluran pencernaan dapat terjadi bahkan ketika tidak ada infeksi.

Sistem kekebalan malah menyerang sel-sel tubuh sendiri. Kondisi ini dikenal sebagai respons autoimun.

IBD juga dapat terjadi ketika peradangan tidak hilang setelah infeksi sembuh.

Peradangan dapat berlanjut selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Baca juga: Apa Gejala yang Dirasakan Penderita Kanker Usus Stadium 4?

3. Merokok

Merokok adalah salah satu faktor risiko utama untuk mengembangkan penyakit Crohn.

Merokok juga memperburuk rasa sakit dan gejala lain yang terkait dengan penyakit Crohn.

Kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko komplikasi.

4. Etnis

Menurut penelitian, kelompok etnis tertentu, termasuk orang kulit putih dan Yahudi Ashkenazi, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi tersebut.

Selain itu, tingkat IBD juga meningkat di antara orang kulit hitam di Inggris, menurut sebuah studi 2011 yang dilakukan oleh Crohn's dan Colitis UK.

5. Usia

IBD dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi dalam kebanyakan kasus, itu dimulai sebelum usia 35 tahun .

Faktor lingkungan

Orang yang tinggal di daerah perkotaan dan negara industri memiliki risiko lebih tinggi terkena IBD, menurut penelitian.

Penduduk negara industri cenderung makan lebih banyak lemak dan makanan olahan.

IBD juga lebih umum di antara orang-orang yang tinggal di iklim utara yang dingin.

Para peneliti yang meninjau dampak faktor lingkungan pada IBD telah menemukan bahwa memiliki gaya hidup atau pekerjaan yang tidak banyak bergerak meningkatkan risiko Anda untuk IBD juga.

Di sisi lain, beberapa penelitian, telah menunjukkan bahwa aktivitas fisik membantu mengurangi risiko timbulnya IBD.

Baca juga: Memahami Penyebab dan Gejala Infeksi Usus Buntu

6. Jenis kelamin

IBD cenderung mempengaruhi pria dan wanita secara setara.

Menurut sebuah studi yang terbit pada tahun 2018, UC lebih umum di antara pria berusia di atas 45 tahun daripada di antara wanita dengan rentang usia yang sama.

Di sisi lain, penyakit Crohn lebih sering terjadi pada anak perempuan dan perempuan di atas usia 14 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Health
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Health
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
Health
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Health
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Health
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Health
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Health
Gastroenteritis Akut yang Dialami Kylian Mbappe Apa Gejalanya?
Gastroenteritis Akut yang Dialami Kylian Mbappe Apa Gejalanya?
Health
Dokter: Operasi Pengapuran Lutut Jadi Jalan Terakhir saat Nyeri Tak Tertahankan
Dokter: Operasi Pengapuran Lutut Jadi Jalan Terakhir saat Nyeri Tak Tertahankan
Health
Banyak Makan dan Pakai Hak Tinggi Bisa Percepat Pengapuran Lutut, Ini Kata Dokter
Banyak Makan dan Pakai Hak Tinggi Bisa Percepat Pengapuran Lutut, Ini Kata Dokter
Health
Dokter: Waspadai Nyeri dan Bunyi di Lutut, Bisa Jadi Gejala Pengapuran Sendi
Dokter: Waspadai Nyeri dan Bunyi di Lutut, Bisa Jadi Gejala Pengapuran Sendi
Health
Kylian Mbappe Sakit Gastroenteritis, Apakah Itu Berbahaya?
Kylian Mbappe Sakit Gastroenteritis, Apakah Itu Berbahaya?
Health
Dokter Ungkap Penyebab Pengapuran Sendi Lutut: Penuaan, Cedera, dan Gaya Hidup Buruk
Dokter Ungkap Penyebab Pengapuran Sendi Lutut: Penuaan, Cedera, dan Gaya Hidup Buruk
Health
Pengapuran Lutut Tidak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Dikendalikan Sebelum Memburuk
Pengapuran Lutut Tidak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Dikendalikan Sebelum Memburuk
Health
Jangan Tunggu Harus Operasi, Ini Cara Mengobati Pengapuran Lutut Sejak Dini
Jangan Tunggu Harus Operasi, Ini Cara Mengobati Pengapuran Lutut Sejak Dini
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau