KOMPAS.com - Zat adiktif adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif dan menyebabkan kecanduan.
Mengutip Rehab Spot, kecanduan dibagi menjadi 3 faktor penentu, yaitu intensitas kesenangan, ketergantungan psikologis, dan ketergantungan fisik.
Obat-obatan yang memberikan kesenangan biasanya disalahgunakan karena efek euforia yang mengikutinya.
Ketergantungan psikologis ditandai dengan penggunaan obat berulang kali, rasa takut untuk berhenti, dan memiliki efek negatif.
Baca juga: Kecanduan Nikotin
Sedangkan, ketergantungan fisik ditandai dengan kondisi tubuh mulai lebih mentoleransi terhadap efek obat-obatan, seperti menganggapnya sebagai fungsi normal kebutuhan.
Sehingga jika putus obat, muncul konsekuensi fisik yang buruk.
Dalam jurnal medis The Lancet meneliti zat paling adiktif di planet Bumi dan diurutkan berdasarkan tingkat bahayanya.
Berikut 10 macam zat paling adiktif dan berbahaya bagi kesehatan manusia:
Baca juga: Kecanduan Alkohol
Heroin adalah obat Opioid yang terbuat dari Morfin. Obat ini memiliki skor ketergantungan tertinggi yaitu 3.
Heroin menciptakan perasaan euforia segera setelah menggunakannya melalui suntikan, mengendus, atau menghisapnyaa seperti rokok.
Tidak butuh waktu lama untuk mengembangkan toleransi terhadap Heroin, dan pengguna harus terus meningkatkan dosis mereka untuk mendapatkan efek yang sama.
Gejala putus obat yang buruk memotivasi pengguna untuk terus menggunakan obat.
Tanda-tanda umum efek putus obat adalah nyeri otot dan tulang yang parah, diare dan muntah, kegelisahan, rasa dingin, dan gerakan kaki yang tidak terkendali.
Efek jangka panjang dari kecanduan Heroin dapat mengakibatkan hilangnya materi putih di otak, yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan kontrol perilaku.
Zat paling adiktif kedua adalah kokain yang memiliki tingkat adiktif 2,39.
Kokain adalah obat berbentuk bubuk putih yang biasanya dihirup melalui hidung dan merupakan stimulan yang terbuat dari daun tanaman koka.
Pengedar narkoba sering mencampurnya dengan zat lain, seperti tepung.
Pengedar juga sering mencampur kokain dengan obat lain, seperti Fentanil, yang sangat meningkatkana risiko overdosis.
Kokain meningkatkan kadar dopamin di otak, dan penggunaannya yang sering akan menghentikan komunikasi normal antara sel-sel saraf.
Ketika sudah ketergantungan otak akan tidak sensitif terhadap dopamin, sehingga memicu penggunanya untuk menambahkan dosis untuk mencapai tingkat kesenangan.
Gejala putus obat Kokain ini meliputi depresi, mimpi buruk, insomnia, kelelahan, pemikirannya melambat.
Pengguna yang menghirup Kokain mungkin akan mengalami kehilangan penciuman, mimisan, pilek, dan masalah dalam menelan sesuatu.
Sementara, mereka yang menelan obat dapat mengalami kerusakan usus yang parah.
Baca juga: Efek Minum Obat Tidur Sembarangan Bisa Kecanduan, Kenali Tandanya...
Tembakau adalah zat adiktif umum dan legal yang mengandung tingkat ketergantungan sebesar 2,21.
Sifat adiktif tembakau adalah salah satu alasannya begitu banyak orang di seluruh dunia menggunakannya.
Nikotin yang terkandung dalam daun tembakau adalah unsur utama yang membuat efek candu pada penggunanya.
Tembakau biasanya digunakan dalam bentuk rokok yang dilinting dengan kertas atau ada juga yang menghisapnya menggunakan pipa dan cerutu.
Gejala penarikan dari kebiasaan merokok dapat berupa keinginan kuat untuk merokok, diikuti mudah marah, sulit tidur, tidak fokus, dan nafsu makan meningkat.
Metadon adalah obat yang digunakan untuk mencegah gejala putus obat yang muncul ketika tubuh memberikan respons negatif terhadap penghentian penggunaan Napza (narkoba dan zat adiktif lainnya).
Namun, obat ini sering disalahgunakan dan memiliki tingkat adiktif rata-rata 2,08.
Metadon beredar dalam bentuk tablet, larutal oral, atau cairan suntik.
Nama jalanan dari obat ini adalah amidone, chocolate chip cookies, fizzies, Maria, pastora, salvia, dan wafer.
Gejala putus otermasuk kecemasan, tremor otot, mual, diare, muntah, dan kram perut.
Baca juga: Gejala Kecanduan Pornografi yang Harus Diketahui
Barbiturat adalah obat depresan dan memilki skor kecanduan rata-rata 2,01.
Obat ini menghasilkana spektrum depresi sistem saraf pusat yang luas mulai dari penurunan tingkat kesadaran ringan hingga koma.
Barbiturat ber3edar dalam bentuk pil, tetapi ada yang menggunakannya dalam bentuk cair dan disuntikkan ke dalam tubuh pengguna.
Ada banyak jenis Barbiturat, tetapi beberapa yang umum adalah Amobarbital, Pentobarbital, Fenobarbital, Secobarbital, dan Tuinal.
Obat ini dapat memberikan efek euforia ringan, menghilangkan kecemasan, dan mengantuk.
Bagi orang yang sudah ketergantungan, putus dengan obat ini dapat memicu gejala kejang, pusing, kecemasan, insomnia, dan psikosis.
Gejala tersebut bisa mulai muncul pada hari kedua setelah putus obat.
Jika rasa kecanduan itu tidak diobati dapat menyebabkan hipotermia, gangguan peredaran darah, dan kematian.
Alkohol adalah obat psikoaktif yang menyebabkan orang kecanduan dengan level rata-rata 1,93.
Itu adalah peringkat tinggi dalam kategori zat untuk kesenangan. Jadi, masuk akal kenapa banyak orang senang mengkonsumsi alkohol saat berpesta atau bersantai.
Namun, minum alkohol berlebihan memiliki efek samping jangka panjang bagi kesehatan manusia.
Contohnya, tekanan darah tinggi, stroke, gangguan memori, kecemasan, dan depresi.
Sementara itu, ada efek samping yang bisa timbul saat berusaha lepas dari ketergantungan alkohol, seperti tremor, halusinasi, dan kejang.
Gejala mengerikan lainnya adalah delirium tremens yang mengakibatkan kematian.
Baca juga: Cara Mudah Atasi Kecanduan Gadget
Benzodiazepin (Benzos) adalah golongan obat yang membantu mengurangi kecemasan dan kejang, mengendurkan otot, dan sebagai obat tidur.
Namun, obat ini sering disalahgunakan karena sifat adiktifnya yang memiliki skor adiktif rata-rata 1,83.
Contoh obat Benzodiazepin ini meliputi Xanax, Valium, dan Restoril.
Obat ini memiliki efek putus obat, seperti insomnia dan kecemasan setelah 1-4 hari penggunaannya dihentikan.
Selama 10-14 hari berikutnya akan mengalamai serangan kepanikan, gangguan tidur, muntah-muntah dan mual, sakit kepala, nyeri otot, dan badan kaku-kaku.
Efek putus obat Benzos ini bisa fatal dalam keadaan tertentu, sehingga detoksifikasi yang diawasi secara medis diperlukan.
Amfetamin adalah obat stimulan yang biasa digunakan untuk mengobati Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan narkolepsi.
Amfetamin sebagai zat adiktif yang memiliki skor adiktif rata-rata 1,67.
Amfetamin yang diproduksi secara ilegal, seperti Meth, terkadang dicampur dengan Kafein, gula, dan bahan pengikat.
Obat ini biasa dipaki dengan cara ditelan, dihisap, dihirup, atau disuntikkan.
Efek setelah mengkonsum obat ini mungkin orang akan energik, percaya diri, bahagia, dan memiliki dorongan seksual yang meningkat.
Namun, itu juga akan meningkkatkan detak jantung, mulut dan gigi kering.
Jika putus obat ini bisa menimbulkan efek mimpi buruk, gelisah, badan nyeri, kelelahan, depresi, paranoia, kebingungan, dan mudah marah.
Namun, setelah sebulan putus obat biasanya efek itu bisa hilang.
Baca juga: Mengapa Makanan Tertentu Bisa Menyebabkan Kecanduan?
Buprenorfin biasanya digunakan sebagai obat untuk melawan kecanduan Opioid.
Dimaksudkan untuk menekan gejala putus obat, mengurangi keinginan untuk ketergantungan Opioid, dan memblokir efek Opioid.
Namun, tetap menawarkan perasaan euforia dan penenang bagi pengguna, terutama yang tidak memiliki kecanduan Opioid.
Sehingga sering obat ini sering disalahgunakan.
Buprenorfin hampir sama dengan Opioid, dan memiliki tingkat adiktif rata-rata 1,64.
Ganja adalah salah satu zat adiktif yang paling dikenal oleh orang dan memiliki tingkat adiktif rata-rata 1,51.
Ganja mengacu pada semua produk yang berasal dari tanaman Cannabis sativa dan Cannabis indica.
Obat Ganja dapat menawarkan pereda nyeri bagi mereka yang menderita nyeri kronis, nyeri saraf, atau sklerosis ganda.
Harvard Health mengatakan Ganja juga mengurangi tremor pada penyakit Parkinson dan dapat mengobati glaukoma.
Jika sudah ketergantungan pada ganja, tindakan putus obat dapat menimbulkan efek ketidaknyamanan fisik, penurunan nafsu makan, gelisah, dan kesulitan tidur.
Orang yang sudah pakai ganja dan menjadi pecandu sebelum usia 18 tahun berpotensi mengalami gangguan kesehatan itu 7 kali lebih parah.
Baca juga: Bagaimana Kondisi Otak saat Kita Kecanduan Makanan?
Mengutip Medical News Today, ada beberapa risiko yang dapat meningkatkan adiksi seseorang terhadap narkotika, sebagai berikut:
Gen seseorang dapat memainkan peran penting dalam kecanduan dan mungkin bertanggung jawab atas 40-60 persen risiko kecanduan.
Para peneliti sedang mengeksplorasi hubungan antara genetika dan kecanduan.
Lingkungan rumah yang sehat selama masa kanak-kanak sangat penting untuk mengindari seseorang dari jerat kecanduan zat adiktif.
Berada di sekitar figur yang keras dan anggota keluarga yang dekat dengan narkoba dapat meningkatkan potensi diri sendiri menjadi pecandu.
Teman sebaya masa remaja dapat memberikan pengaruh signifikan kepada seseorang.
Lingkungan perteman yang negatif dan dekat dengan narkoba berpotensi menyeret orang tersebut menjadi pecandu.
Banyak orang tanpa faktor risiko lain mencoba narkoba untuk pertama kalinya agar terhubung dengan kelompok sebaya.
Ada juga anak-anak dan remaja yang kesulitan dengan tugas sekolah atau merasa dikucilkan secara sosial mungkin menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk mencoba narkoba dan mengembangkan gangguan penggunaan narkoba.
Baca juga: 18 Makanan untuk Melawan Kecanduan Gula
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.