Mengutip Healthline, tes neurologis juga penting dalam merencanakan program perawatan.
Dokter perlu melihat apakah ada cedera permanen pada fungsi otak dan memori.
Kesehatan mental dan emosional seseorang juga perlu dievaluasi oleh terapis terlatih.
Baca juga: Mengapa Makanan Tertentu Bisa Menyebabkan Kecanduan?
Mengutip Healthline, jika orang yang kecanduan ngelem adalah seorang pelajar, pengobatan mungkin termasuk terapi yang dirancang untuk membantu mereka mengatasi tekanan dari teman sebaya dan menemukan kelompok teman sebaya yang akan memberikan pengaruh yang lebih positif.
Menghentikan penyalahgunaan inhalansia dan obat lain adalah tujuan utama pengobatan ini.
Anak-anak muda dalam perawatan juga mempelajari keterampilan hidup dasar untuk membantu mereka fokus pada masa depan mereka dan membuat keputusan yang sehat.
Sesi terapi dapat mencakup aktivitas kerja kelompok, musik, dan seni.
Kegiatan rekreasi yang melibatkan tindakan fisik dan rangsangan multisensor dapat sangat membantu.
Bentuk pengobatan lain mungkin termasuk terapi bicara individu, kelompok dukungan sebaya, terapi keluarga, dan pendidikan pencegahan kambuh dari kecanduan ngelem.
Menegutip Healthline, terapi individu dapat berupa terapi perilaku kognitif (CBT).
CBT membantu seseorang berpikir secara berbeda tentang situasi (seperti memahami alasan mengapa beralih ke inhalansia atau obat lain).
Sehingga, perasaan tentang situasi dan perilaku ngelem tersebut akan berubah.
Mengutip WebMD, terapi perilaku kognitif itu dapat membantu seseorang belajar menangani stres, menghadapi tekanan teman sebaya, dan menangani keinginan kembali ngelem.
Terapis juga dapat membantu pengguna menemukan motivasi mereka sendiri untuk berhenti ngelem.
Mengutip WebMD, kecanduan ngelem paling sering terjadi pada anak-anak.
Jika demikian, seluruh keluarga bisa memiliki pengaruh.
Terapi keluarga dapat membantu keluarga dari anak tersebut belajar berkomunikasi dengan lebih baik dan membangun hubungan yang lebih kuat.
Baca juga: Bagaimana Kondisi Otak saat Kita Kecanduan Makanan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.