KOMPAS.com - "Ngelem" adalah tindakan penyalahgunaan inhalansia yang dapat berakibat serius, seperti kematian mendadak.
Mengutip WebMD, penyalahgunaan inhalansia dapat menyebabkan kecanduan sama seperti narkoba.
Inhalansia adalah senyawa organik yang mudah menguap dan mudah ditemukan atau didapatkan di pasaran, seperti lem.
Baca juga: Kecanduan Operasi Plastik: Penyebab, Gejala, dan Risikonya
Lem hanyalah salah satu jenis inhalansia murah yang biasa digunakan orang untuk mabuk.
Ada bentuk inhalansia lainnya yang bahkan tersedia di dalam rumah, contohnya:
Kebanyakan anak-anak atau kalangan orang dengan pendapatan rendah yang mengakses inhalansia jenis itu sebagai alternatif ganja dan narkoba jenis lainnya.
Mengutip Healthline, Institut Nasional Penyalahgunaan Narkoba mencatat bahwa inhalansia adalah satu-satunya kelas zat adiktif yang lebih banyak digunakan oleh remaja yang lebih muda dari pada remaja yang lebih tua.
Baca juga: Kecanduan Nikotin
Mengutip WebMD, ngelem atau mengendus lem pada awalnya akan memunculkan perasaan euforia karena inhalansia mempengaruhi otak dengan cepat.
Kemudian setelah kecanduan muncul efek ngelem lainnya, seperti:
Baca juga: Kecanduan Alkohol
Mengutip Healthline, ngelem bisa mengancam jiwa.
Bahkan jika hasilnya tidak fatal, risiko yang terkait dengan ngelem dan penyalahgunaan inhalansia lainnya termasuk kemungkinan kerusakan otak dan masalah pernapasan yang parah.
Selain itu, efek dari ngelem bisa lebih parah dari pada pengalaman sebelumnya.
Mengutip WebMD, penyalahgunaan inhalan dikaitkan dengan kematian mendadak serta kerusakan serius pada organ utama.
Seseorang yang mengendus lem berada dalam bahaya langsung dan juga berisiko mengalami efek berbahaya jangka panjang.
Berikut ini termasuk beberapa risiko dan bahaya ngelem atau penyalahgunaan inhalansia.
Efek paling berbahaya dari "ngelem" adalah kematian mendadak.
Mengutip WebMD, kematian mendadak itu biasanya karena gagal jantung yang terjadi setelah "ngelem".
Zat kimia inhalansia dalam lem dapat membuat jantung peka terhadap adrenalin.
Hal ini dapat mengakibatkan detak jantung yang sangat cepat yang menyebabkan gagal jantung.
Zat kimia tersebut juga dapat menyebabkan pengguna tiba-tiba berhenti bernapas.
Kematian mendadak juga bisa terjadi karena munculnya perasaan tak terkalahkan yang mendorong pengguna mengambil risiko berbahaya, seperti melukai diri sendiri.
Baca juga: Efek Minum Obat Tidur Sembarangan Bisa Kecanduan, Kenali Tandanya...
Mengutip Healthline, paparan bahan kimia dalam lem dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur (aritmia).
Dalam beberapa kasus, irama jantung yang abnormal dapat menyebabkan gagal jantung yang fatal.
Kondisi ini dikenal sebagai sindrom kematian mendadak mengendus (SSDS) dan dapat terjadi hanya dari satu upaya.
Mengutip Healthline, gagal napas akut adalah kondisi yang berpotensi fatal yang dapat terjadi ketika ada sesuatu mengganggu kemampuan seseorang untuk bernapas atau secara langsung mempengaruhi paru-paru.
Kondisi ini mencegah jumlah oksigen yang cukup untuk mencapai seluruh tubuh.
Penggunaan lem dan inhalansia lainnya, serta konsumsi alkohol yang berlebihan, semua itu bisa menyebabkan gagal napas akut.
Mengutip Healthline, ngelem dan penyalahgunaan inhalansia lainnya, terutama yang mengandung pelarut toluena dan naftalena, dapat merusak selubung mielin.
Selubung mielin adalah lapisan tipis di sekitar serabut saraf di otak dan seluruh sistem saraf manusia.
Kerusakan selubung mielin dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada fungsi otak, menyebabkan masalah neurologis yang serupa dengan yang terlihat pada sklerosis ganda (multiple sclerosis).
Sklerosis ganda adalah gangguan saraf pada otak, mata, dan tulang belakang.
Risiko kesehatan serius lainnya yang terkait dengan ngelem atau penyelahgunaan inhalansia lainnya, meliputi:
Baca juga: Gejala Kecanduan Pornografi yang Harus Diketahui
Orang-orang terdekat dari pelaku penyalahgunaan inhalansia, seperti tindakan ngelem bisa mencegah efek berbahaya tersebut dengan mengenali beberapa gejalanya.
Mungkin sulit untuk mengetahui apakah anak atau seseorang yang kita kenal menyalahgunakan inhalansia, seperti tindakan ngelem.
Namun, berikut adalah beberapa tanda seseorang yang patut dicurigai kecanduan ngelem, seperti yang dikutip dari WebMD:
Baca juga: Cara Mudah Atasi Kecanduan Gadget
Jika seseorang ngelem dan sudah kecanduan, pengobatan formal mungkin diperlukan untuk membantu memulihkan kondisinya.
Mengutip Healthline, perawatan biasanya dimulai dengan pemeriksaan fisik menyeluruh, meliputi pengecekan:
Bahan kimia dalam lem dan inhalansia lainnya dapat tinggal di jaringan lemak tubuh selama berminggu-minggu, yang berarti mungkin ada efek residu lama setelah pengalaman terakhir seseorang dengan zat tersebut.
Mengutip Healthline, tes neurologis juga penting dalam merencanakan program perawatan.
Dokter perlu melihat apakah ada cedera permanen pada fungsi otak dan memori.
Kesehatan mental dan emosional seseorang juga perlu dievaluasi oleh terapis terlatih.
Baca juga: Mengapa Makanan Tertentu Bisa Menyebabkan Kecanduan?
Mengutip Healthline, jika orang yang kecanduan ngelem adalah seorang pelajar, pengobatan mungkin termasuk terapi yang dirancang untuk membantu mereka mengatasi tekanan dari teman sebaya dan menemukan kelompok teman sebaya yang akan memberikan pengaruh yang lebih positif.
Menghentikan penyalahgunaan inhalansia dan obat lain adalah tujuan utama pengobatan ini.
Anak-anak muda dalam perawatan juga mempelajari keterampilan hidup dasar untuk membantu mereka fokus pada masa depan mereka dan membuat keputusan yang sehat.
Sesi terapi dapat mencakup aktivitas kerja kelompok, musik, dan seni.
Kegiatan rekreasi yang melibatkan tindakan fisik dan rangsangan multisensor dapat sangat membantu.
Bentuk pengobatan lain mungkin termasuk terapi bicara individu, kelompok dukungan sebaya, terapi keluarga, dan pendidikan pencegahan kambuh dari kecanduan ngelem.
Menegutip Healthline, terapi individu dapat berupa terapi perilaku kognitif (CBT).
CBT membantu seseorang berpikir secara berbeda tentang situasi (seperti memahami alasan mengapa beralih ke inhalansia atau obat lain).
Sehingga, perasaan tentang situasi dan perilaku ngelem tersebut akan berubah.
Mengutip WebMD, terapi perilaku kognitif itu dapat membantu seseorang belajar menangani stres, menghadapi tekanan teman sebaya, dan menangani keinginan kembali ngelem.
Terapis juga dapat membantu pengguna menemukan motivasi mereka sendiri untuk berhenti ngelem.
Mengutip WebMD, kecanduan ngelem paling sering terjadi pada anak-anak.
Jika demikian, seluruh keluarga bisa memiliki pengaruh.
Terapi keluarga dapat membantu keluarga dari anak tersebut belajar berkomunikasi dengan lebih baik dan membangun hubungan yang lebih kuat.
Baca juga: Bagaimana Kondisi Otak saat Kita Kecanduan Makanan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.