KOMPAS.com - Banyak orang menginjak usia dewasa mengalami insomnia bersamaan dengan kebiasaan begadang untuk mengerjakan tugas sekolah atau pekerjaan.
Lalu, apakah insomnia berbahaya bagi kesehatan kita?
Menurut berbagai sumber insomnia dianggap berbahaya karena terkait dengan berbagai penyakit fisik maupun mental.
Baca juga: Penyebab Insomnia pada Wanita yang Perlu Diperhatikan
Mengutip Doylestown Health, insomnia secara umum dipahami sebagai gangguan tidur yang ditandai dengan:
Insomnia dapat bersifat jangka pendek (akut) berlangsung selama beberapa hari atau mungkin berminggu-minggu.
Jenis insomnia ini umum dan sering disebabkan oleh hal-hal seperti stres di tempat kerja, masalah keluarga, ujian besar di hari berikutnya atau peristiwa traumatis.
Insomnia berkelanjutan atau jangka panjang (kronis), terjadi setidaknya 3 kali seminggu dan berlangsung selama 1 bulan atau lebih.
Dalam jangka pendek insomnia dapat memengaruhi, seperti dalam hal penilaian, suasana hati, keterampilan memori.
Insomnia dalam jangka panjang dapat membuat individu berisiko mengalami beberapa kondisi medis serius, seperti:
Baca juga: Fatal Familial Insomnia
Mengutip Healthline, mengobati insomnia penting karena kondisi ini dapat meningkatkan risiko individu mengalami masalah kesehatan lainnya.
Menurut National Institute for Health insomnia dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental serta masalah kesehatan secara keseluruhan dengan rincian sebagai berikut:
Baca juga: 4 Cara Mengatasi Insomnia selama Awal Kehamilan
Insomnia dapat mempengaruhi:
Memiliki insomnia dapat memperpendek harapan hidup seseorang.
Sebuah analisis dari 16 studi yang mencakup lebih dari 1 juta peserta dan 112.566 kematian melihat korelasi antara durasi tidur dan kematian.
Mereka menemukan bahwa kurang tidur meningkatkan risiko kematian sebesar 12 persen, dibandingkan dengan mereka yang tidur 7-8 jam per malam.
Sebuah studi yang lebih baru melihat efek insomnia persisten dan kematian selama 38 tahun.
Mereka menemukan bahwa mereka dengan insomnia persisten memiliki 97 persen peningkatan risiko kematian.
Baca juga: 12 Penyebab Insomnia yang Bisa Terjadi
Mengutip Doylestown Health, insomnia dibedakan dalam 2 jenis, yaitu primer dan sekunder.
Insomnia primer adalah ketika seseorang memiliki masalah tidur yang tidak berhubungan langsung dengan kondisi atau masalah kesehatan lainnya.
Insomnia primer ini biasanya terkait dengan terjadinya perubahan hidup, seperti rasa kecewa berat atau stres jangka panjang.
Insomnia sekunder artinya seseorang mengalami masalah tidur karena hal lain, seperti kondisi kesehatan atau efek samping obat yang diminum.
Masalah kesehatan yang biasa menjadi penyebab insomnia sekunder, misalnya:
Baca juga: 15 Cara Mengatasi Insomnia yang Baik Dilakukan
Ada banyak alasan mengapa seseorang sulit tidur. Banyak dari mereka mengalami insomnia terkait dengan kebiasaan sehari-hari, gaya hidup, dan kondisi pribadi, seperti:
Selain itu, zat-zat tertentu yang dikonsumsi juga bisa memicu insomnia, seperti:
Baca juga: Olahraga Sebelum Tidur Sebabkan Insomnia, Mitos atau Fakta?
Mengutip Doylestown Health, perubahan gaya hidup dalam beberapa kasus sering kali dapat memicu insomnia jangka pendek.
Bisa juga melakukan terapi perilaku kognitif (CBT), program terstruktur yang membantu individu mengatasi pikiran dan tindakan yang menyebabkan insomnia.
Ada juga banyak obat bebas dan resep yang dapat digunakan sebagai alat bantu tidur.
Selain itu, bisa mencoba memperbaiki tidur dengan latihan relaksasi dan meditasi.
Jika insomnia masih tidak bisa diatasi, maka perlu membicarakannya ke dokter umum yang bisa memberikan rujukan untuk menemui spesialis tidur.
Baca juga: 3 Cara Meditasi untuk Atasi Insomnia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.