Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/08/2022, 16:35 WIB
Ria Apriani Kusumastuti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Melakukan cek gula darah secara rutin sangat diperlukan untuk mengetahui apakah seseorang memiliki risiko terkena diabetes atau tidak.

Menurut NIH, tes yang dilakukan oleh dokter akan membantu dalam mendiagnosis diabetes, prediabetes, atau diabetes gestasional dengan menggunakan gula darah atau glukosa.

Melalui tes yang dilakukan tersebut, Anda akan mengetahui level gula darah yang dimiliki dan tipe diabetesnya.

Tes gula darah ini bisa dilakukan oleh siapa saja, namun ada beberapa golongan khusus yang diharuskan untuk melakukan tes, seperti:

  • Orang dengan gejala diabetes
  • Orang yang tidak memiliki gejala tapi memiliki kemungkinan untuk mengalami diabetes
  • Ibu hamil

Baca juga: Cara Cek Gula Darah Secara Mandiri dengan Glukometer


Dengan melakukan tes tersebut, tipe diabetes apa yang dimiliki oleh seseorang bisa diketahui lebih cepat sehingga bisa mencegah masalah kesehatan tertentu.

Berikut beberapa jenis tes untuk cek gula darah.

1. Tes glukosa puasa

Tes glukosa puasa atau juga dikenal sebagai fasting plasma glucose (FPG) test dilakukan untuk mengukur level glukosa dalam satu waktu.

Menurut NIH, tes glukosa puasa akan dilakukan ketika pagi hari setelah berpuasa untuk tidak makan dan minum, kecuali air putih, selama minimal 8 jam.

Mayo Clinic menjelaskan bahwa level gula darah yang kurang dari 100 mg/dL bisa dikatakan normal.

Sedangkan level gula darah antara 100-125 mg/dL, maka seseorang dianggap mengalami prediabetes, dan jika di atas 126 mg/dL dianggap diabetes.

2. Tes A1C

Tes A1C atau dikenal juga sebagai tes kadar hemoglobin terglikasi bisa dilakukan tanpa perlu puasa sebelumnya.

Melansir Mayo Clinic, jenis tes ini akan memberitahukan level gula darah selama periode 2-3 bulan terakhir.

Cara kerja tes ini adalah dengan menghitung persentase gula darah yang terikat pada hemoglobin yang merupakan protein pengangkut oksigen dalam sel darah merah.

NIH menjelaskan bahwa semakin tinggi gula darah yang ada di aliran darah, maka akan semakin besar pula glukosa yang terikat pada hemoglobin.

Meskipun begitu, ada beberapa kondisi yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tes ini, seperti kehamilan, anemia, atau permasalahan lain yang berkaitan dengan darah.

Beberapa faktor tersebut perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi hasil tes A1C sehingga tidak akan valid.

Baca juga: 18 Makanan Penurun Gula Darah untuk Mengatasi Diabetes

3. Tes glukosa plasma acak

Melansir CDC, tes glukosa plasma acak akan dilakukan untuk mengetahui level gula darah pada saat tes dilakukan.

Tes ini akan dilakukan ketika dokter menemukan gejala diabetes pada pasien dan tidak bisa menunggu untuk melakukan tes dengan puasa selama 8 jam.

Mayo Clinic menambahkan bahwa level gula darah lebih dari 200 mg/dL yang diketahui dari tes ini menunjukkan bahwa seseorang menderita diabetes.

4. Tes toleransi glukosa

Tes toleransi glukosa dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi jenis diabetes gestasional pada ibu hamil.

Jenis diabetes ini adalah diabetes yang muncul dalam masa kehamilan.

Melansir NIH, tes akan dilakukan satu jam setelah ibu hamil mengonsumsi cairan manis yang mengandung glukosa dan tidak diharuskan untuk puasa.

Jika hasil dari tes menunjukkan angka lebih dari 135 mg/dL maka pasien akan diminta untuk melakukan tes toleransi glukosa oral selama puasa.

Baca juga: 10 Ciri-ciri Gula Darah Naik Tidak Terkontrol

5. Tes toleransi glukosa oral

Tes toleransi glukosa oral akan dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi diabetes tipe 2, prediabetes, dan diabetes gestasional.

Namun ternyata, jenis tes ini lebih mahal jika dibandingkan dengan tes glukosa puasa dan tes toleransi gula, dan tidak mudah untuk dilakukan.

Menurut NIH, Anda akan diminta untuk berpuasa selama setidaknya 8 jam dan dokter akan mengambil sampel darah setelah puasa.

Kemudian, Anda akan diminta untuk mengonsumsi cairan yang tinggi gula dan dilakukan tes lagi 2 jam setelahnya untuk mengetahui level gula darah.

Namun, sampel darah akan diambil per jam selama 2 hingga 3 jam jika dilakukan untuk ibu hamil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau