Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Macam Skrining Bayi Prematur Menurut Dokter, Pantang Diabaikan

Kompas.com - 19/11/2022, 15:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

Sumber CDC,WHO,IDAI

KOMPAS.com - Tahukah Anda bahwa Bayi yang lahir prematur harus menjalani empat macam skrining di waktu tertentu?

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), hampir 30 juta bayi lahir prematur setiap tahun di seluruh dunia.

Bayi prematur didifenisikan sebagai bayi yang dilahirkan saat usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi prematur dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan usia janin saat dilahirkan, yaitu:

  • Prematur akhir: bayi lahir di usia kehamilan 34-36 minggu
  • Prematur sedang: bayi lahir di usia kehamilan 32-34 minggu
  • Sangat prematur: bayi lahir di usia kehamilan pada atau sebelum 32 minggu
  • Prematur ekstrem: bayi lahir di usia kehamilan pada atau sebelum 25 minggu

Baca juga: Ciri-ciri Fisik Bayi Prematur Menurut Dokter

Pentingnya skrining pada bayi prematur

Bayi yang lahir prematur perlu dipantau kondisi fisik dan risiko gangguan kesehatan seperti masalah pernapasan, jantung, pencernaan, anemia, hingga penyakit kuning.

Karena itu, menurut IDAI bayi prematur perlu melakukan serangkaian deteksi dini atau skrining yang meliputi:

1. Skrining pendengaran

Pendengaran merupakan salah satu alat vital pada manusia. Apabila tidak berfungsi dengan baik, maka akan terjadi resiko gangguan pendengaran dan bicara.

Karena itu, skrining pendengaran pada bayi, termasuk yang lahir prematur sangat perlu dilakukan. Skrining pendengaran umumnya dilakukan dengan alat bernama OAE (Oto Accoustic Emmision) yang ditempelkan ke liang telinga bayi.

Skrining pendengaran penting dilakukan pada bayi prematur yang lahir pada atau sebelum usia 32 minggu (8 bulan). Selain itu, bayi yang memerlukan skrining pendengaran biasanya memiliki berat badan rendah yaitu kurang dari 1500 gr (1,5 kg)

Bayi prematur dengan asfiksia atau kondisi ketika kadar oksigen di dalam tubuh berkurang akibat lilitan tali pusat juga memerlukan skrining pendengaran.

Skrining pendengaran pada bayi prematur dilakukan pada usia koreksi (usia kronologis dikurangi jumlah jeda minggu atau bulan saat bayi dilahirkan) di atas 34 minggu.

Baca juga: Nutrisi dan Stimulasi agar Anak Prematur Sehat dan Cerdas

2. Skrining mata ROP (Retinopathy of Prematurity)

Pemeriksaan ROP adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis retinopathy of prematurity (ROP) atau cacat mata bawaan pada bayi prematur yang bisa sebabkan kebutaan.

Selama tes ROP, dokter akan mengevaluasi kondisi bagian dalam bola mata. Khususnya, pembuluh darah retina dengan lensa khusus.

Skrining atau pengecekan mata dilakukan pada bayi dengan usia gestasi (usia kehamilan) 34 minggu. Selain itu, bayi dengan berat lahir kurang dari dari 1500 gram (!,5 kg) juga memerlukan skrining mata ROP.

Skrining mata ROP juga dilakukan pada bayi tertentu dengan berat lahir antara 1500-2000 gram atau usia kehamilan lebih dari 30 minggu dengan kondisi klinis yang tidak stabil.

Waktu skrining mata ROP pada bayi prematur yaitu:

  • bayi yang lahir pada usia lebih dari 30 minggu: 2-4 minggu setelah lahir atau sekali saat rawat inap
  • bayi yang lahir sebelum usia 30 minggu: 4 minggu setelah lahir atau sekali saat rawat inap

Baca juga: Kenapa Bayi Kembar Berisiko Lahir Prematur?

3. Skrining USG kepala

Skrining USG kepala dilakukan dalam minggu pertama kehidupan si kecil, tergantung pada kondisi bayi dan penyakitnya.

Selain itu, skrining USG kepala idealnya juga dilakukan setiap minggu setelah kelahiran, sampai anak mencapai usia matur yaitu 40 minggu.

Ada beberapa kondisi yang mengharuskan bayi prematur melakukan skrining USG kepala, meliputi:

  • mengalami trauma kepala saat lahir
  • lingkar kepala kecil
  • kelainan bentuk kepala
  • peningkatan lingkar kepala yang terlalu cepat
  • bayi mengalami kejang
  • hipoglikemia berat
  • infeksi saat berada dalam kandungan atau setelah persalinan
  • bayi mengalami distress pernapasan yang memerlukan alat bantu napas.

 

 

4. Skrining hipotiroid

Skrining hipotiroid dilakukan pada seluruh bayi baru lahir, baik yang lahir prematur maupun lahir pada usia normal (di atas 37 minggu).

Skrining ini dilakukan untuk mengetahui jumlah hormon tiroid pada bayi. Diketahui, kekurangan hormon tiroid pada bayi bisa mengakibatkan hambatan tumbuh kembang anak, seperti:

  • tubuh pendek (cebol)
  • muka hipotiroid yang khas ( muka sembab, bibir tebal, hidung pesek)
  • mental terbelakang (IQ dan EQ rendah atau idiot)
  • kesulitan bicara dan tidak bisa diajar bicara

Skrining hipotiroid dilakukan 48-72 jam setelah bayi lahir. Selain itu, skrining hipotiroid juga dilakukan pengulangan dalam 2, 6, dan 10 minggu kehidupan.

Penyebab bayi prematur

Penyebab bayi prematur tidak dapat diketahui atau ditentukan secara pasti, namun ada beberapa risiko yang meningkatkan persalinan lebih dini, misalnya:

  1. ibu hamil mengalami preeklamsia
  2. ibu hamil mengidap penyakit kronis, seperti sakit ginjal, jantung, hipertensi, dan diabetes
  3. kelainan pada bentuk dan leher rahim
  4. gangguan pembekuan darah
  5. ibu hamil pernah keguguran
  6. stres atau depresi selama masa kehamilan

Baca juga: Kenali Penyakit Paru-paru Kronis pada Bayi Prematur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau