Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/05/2023, 06:01 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Apakah asma bisa memicu kematian? Pertanyaan semcam itu normal jika terus menghantui Anda saat orang terdekat atau diri Anda sendiri terdiagnosis asma.

Perlu diketahui, asma adalah penyakit kronis seumur hidup yang memengaruhi saluran udara.

Penyakit ini telah menjangkiti sekitar 235 juta orang di seluruh dunia, baik orang dewasa dan anak-anak. Namun, hanya 10 persen dari penderita asma yang mengalami kondisi parah.

Bisakah asma menyebabkan kematian?

Dalam beberapa kasus, serangan asma bisa menyebabkan kematian. Contoh kasus yang terjadi di AS pada tahun 2019, di mana lebih dari tiga ribu orang meninggal karena serangan asma.

Ketika saluran udara mengalami peradangan yang parah dan menyempit, tubuh tidak bisa mendapatkan oksigen yang cukup ke paru-paru.

Lendir dan dahak juga dapat memenuhi saluran udara hingga membatasi pernapasan.

Kebanyakan penderita asma dapat mengendalikan kondisinya dengan menghindari pemicunya, minum obat untuk mengendalikan asmanya, dan minum obat saat gejala asmanya memburuk.

Namun, ada beberapa pasien yang mengalami asma parah hingga tidak bisa merespon pengobatan biasa.

Baca juga: 5 Hal Ini Bantu Cegah Asma Kambuh

Pasien seperti ini perlu mendapatkan rujukan ke klinik spesialis sehingga tim medis dapat menemukan kombinasi perawatan yang tepat dan sesuaia.

Sayangnya, dokter belum mengetahui mengapa beberapa orang mengalami asma yang parah.

Asma yang parah bisa mencegah pasokan oksigen yang masuk ke paru-paru. Akibatnya, pernapasan pun terhenti.

Kondisi ini bisa cepat memburuk jika pasien tidak mendapatkan perawatan medis dengan segera. Oleh karena itu, serangan asma parah bisa dianggap sebagai kondisi darurat medis.

Di antara penyebab kematian akibat serangan asma, 65 persen kasus dipengaruhi oleh faktor pasien yang dapat dihindari, misalnya:

  • orang yang terus merokok atau terpapar asap rokok meskipun didiagnosis asma
  • orang yang tidak mengikuti saran pengobatan asma dari dokter
  • orang yang jarang kontrol untuk meninjau penyakit mereka.

Data Global Allergy & Airways menemukan bahwa 45 persen pasien asma meninggal sebelum mereka mencari bantuan medis atau sebelum perawatan medis darurat diberikan.

Hampir seperempat dari mereka yang meninggal karena asma parah pernah ke unit gawat darurat rumah sakit karena asma setidaknya sekali dalam setahun sebelumnya.

Baca juga: Yang Terjadi Pada Tubuh saat Kita Menderita Asma

Tanda-tanda serangan asma

Memahami tanda-tanda terjadinya serangan asma sangat penting untuk mengambil tindakan dengan cepat.

Tanda-tanda serangan asma parah, di antaranya mengi, batuk, sulit bernapas, dada sesak, dan nyeri dada.

Kadang-kadang gejala asma yang parah bisa menjadi lebih buruk atau lebih sering sebelum serangan asma yang parah terjadi.

Misalnya, Anda merasa bahwa gejala asma lebih mengganggu kehidupan sehari-hari atau aktivitas biasa Anda, atau Anda mungkin perlu menggunakan inhaler lebih sering dari biasanya.

Anda juga bisa merasakan gejala asma yang buruk di malam hari.

Jika Anda menyadari bahwa gejala yang biasa Anda alami semakin memburuk, segera berkonsultasi dengan dokter.

Serangan asma yang benar-benar parah jugabisa ditandai dengan hal berikut:

  • Pernapasan cepat
  • Sesak napas ekstrim – tidak dapat menarik atau menghembuskan napas sepenuhnya
  • Tidak dapat berbicara dalam kalimat lengkap
  • Kebingungan atau agitasi
  • Gejala tidak mereda meski menggunakan inhaler.

Jika gejala ini terjadi, segera pergi ke rumah sakit atau segera cari bantuan medis darurat.

Serangan asma yang parah adalah keadaan darurat medis. Jika Anda tidak mencari pengobatan, nyawa Anda bisa terancam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau