Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Polusi Udara pada Kesehatan Pencernaan, Tak Sekadar Sakit Perut

Kompas.com - 25/08/2023, 09:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

KOMPAS.com - Paparan polusi udara dapat memberikan dampak jangka pendek dan jangka panjang pada kesehatan tubuh secara umum, termasuk kesehatan pencernaan.

Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB menyebutkan bahwa polusi udara tidak hanya dapat menyebabkan masalah pernapasan, tetapi juga masalah kesehatan lainnya, seperti gangguan pada mata, kulit, dan pencernaan.

Dampak polusi udara pada kesehatan pencernaan dapat terasa ketika makanan atau minuman yang dikonsumsi tercemar dengan polutan.

Pasalnya, polutan dapat masuk ke dalam sistem pencernaan melalui makanan sehingga menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk peradangan pada usus besar.

Baca juga: 7 Efek Polusi Udara untuk Kesehatan Kulit dan Cara Mencegahnya

Polutan dapat terhirup dan mengontaminasi makanan

Prof Ari menjelaskan bahwa polutan yang terhirup memang akan memberikan dampak langsung pada paru-paru.

Namun, polutan dapat beredar melalui pembuluh darah sehingga memengaruhi kesehatan organ-organ tubuh lainnya, seperti jantung, lever, ginjal, dan lambung.

Tidak hanya terhirup, zat partikulat yang ada di dalam polusi udara dapat masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan.

Zat ini umumnya dapat mencemari makanan atau minuman yang terpapar dengan polusi atau berada pada udara terbuka.

“Secara langsung ketika makanan itu mengandung polutan pasti jadi diare, tetapi dalam jangka panjang ini akan menyebabkan peradangan pada usus besar kemudian dapat terjadi yang namanya inflammatory bowel disease (IBD),” ujarnya dalam Webinar yang digelar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Kamis (24/8/2023).

Pasalnya, polutan akan mengganggu mikrobiota di dalam pencernaan yang merupakan kuman baik yang bertugas untuk menjaga agar usus tetap sehat.

Berbagai masalah kesehatan akan muncul ketika keseimbangan mikrobiota di dalam pencernaan terganggu, seperti diabetes, obesitas, gangguan metabolik, dan IBD.

Baca juga: 6 Cara Menjaga Kesehatan Kulit dari Polusi Udara

Polusi udara salah satu faktor risiko IBD

Penyebab inflammatory bowel disease (IBD), atau peradangan di dalam saluran pencernaan, tidak diketahui secara pasti.

Namun Prof Ari menyebutkan, bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa polusi udara adalah salah satu faktor risiko IBD.

Gejala IBD yang umum ditemui, seperti diare kronik, nyeri perut, BAB berdarah, lemas, berat badan turun.

Baca juga: 17 Akibat Polusi Udara untuk Kesehatan

Cara menjaga kesehatan saluran pencernaan

Penggunaan masker masih menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk melindungi tubuh dari polutan.

Selain itu, Prof Ari juga menyebutkan beberapa cara menjaga kesehatan saluran pencernaan, seperti:

  • Menghindari makanan yang berlemak, jeroan, coklat, keju, santan, dan goreng-gorengan
  • Tidak minum minuman beralkohol
  • Tidak merokok
  • Menghindari kebiasaan makan secara berlebihan
  • Berolahraga secara teratur
  • Mendapatkan istirahat yang cukup

Prof Ari juga menekankan bahwa gangguan pencernaan karena polusi udara dapat dicegah dengan menjaga kebersihan makanan dan mengurangi paparan polusi udara.

Melakukan gaya hidup sehat juga disarankan untuk menghindari dampak polusi udara pada kesehatan pencernaan.

Namun, Anda diimbau untuk berolahraga di dalam ruangan atau ketika kualitas udara di luar ruangan tidak buruk, seperti di pagi hari.

Baca juga: 5 Cara Mengurangi Dampak Polusi Udara yang Membahayakan Kesehatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau